Rabu, 09 April 2008

ISTERI PILIHAN



Membangun sebuah keluarga ibarat membangun sebuah bangunan yang besar. Untuk menjadikan bangunan menjadi sebuah konstruksi yang kokoh, tentu haruslah menggunakan bahan-bahan yang berkualitas. Dan mesti direncanakan dengan matang, agar dalam pelaksanaannya tidak amburadul.

Begitu juga dalam membangun sebuah keluarga. Diperlukan persipan yang memadai. Khusus bagi seorang laki-laki, yang akan menjadi Pemimpin dalam keluarga, sangat penting untuk mengerti kualitas dan sifat-sifat seorang wanita sebelum dia dipertimbangkan sebagai seorang istri. Jangan sampai memilih pasangan hidup dengan orang yang "salah".... Karena besar sekali resikonya.

Dilaporkan dalam Musnad Imam Ahmad, dari Sa’ad bin Abi Waqqas Radliallahu Anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Tiga sebab kebahagiaan anak Adam dan tiga hal penyebab penderitaan.
Penyebab kebahagiaan anak Adam adalah :
(1) Istri yang baik
(2) Rumah yang bagus dan
(3) Kendaraan yang bagus.

Hal yang menyebabkan menderita :
Istri yang jelek, rumah yang buruk dan kendaraan yang buruk."Dilaporkan juga dalam Shahih al-Jaami’ bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Empat hal yang menyebabkan kebahagiaan:
(1) Istri yang baik,
(2) Rumah yang bagus,
(3) Tetangga yang baik, dan
(4) Kendaraan yang bagus.

Empat hal yang menyebabkan menderita: Istri yang buruk, tetangga yang buruk, kendaraan yang jelek dan rumah yang sempit/kecil."Sangat penting dan perlu atas seorang laki-laki untuk melihat seorang wanita yang bisa menjadi istri yang baik dan ibu yang baik bagi anak-anaknya (di masa depan).

Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia ini adalah istri yang baik (sholehah)." (Shahih Muslim, Kitab 14, Bab 17, Hadits No. 1467)

Saat ini sangat sulit untuk menemukan istri yang baik karena dia merupakan harta benda yang jarang ditemukan. Diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dari Ibnu ‘Abbas Radliallahu Anhu, bahwa Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin al-Khattab Radliallahu Anhu:

"Akan aku informasikan kepadamu harta benda yang terbaik yang bisa seseorang dapatkan, yaitu istri yang baik (shalehah). Ketika dia (suaminya) melihatnya dia akan membuatnya senang dan ketika dia diperintah maka akan patuh dan ketika dia ditinggal (jauh dari suami) maka akan menjaga dirinya".

Hadits ini merupakan pernyataan yang jelas bahwa istri yang baik adalah orang (1) yang membuat senang dan bahagia hati suami ketika suaminya melihatnya, (2) mematuhi suaminya ketika dia memerintah mengerjakan sesuatu, dan (3) melindungi kehormatannya, rahasianya, keluarga (anak-anak) dan hartanya ketika suami tidak ada di sisinya.
Diriwayatkan dalam Shohih al-Jaami’ bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Hati yang bersyukur, lisan yang mengingat Allah dan istri yang baik (zaujah shalihah) yang akan menolong kamu dalam urusan hidupmu dan agamamu, inilah harta benda terbaik yang dapat dimiliki manusia"

Sangat penting bagi seorang wanita-orang yang akan menjadi istrimu dan membantu kamu menegakkan dien (agama) memiliki sifat-sifat dan kualitas tersebut sebelum kamu mempertimbangkan/memutuskan untuk menikahinya.Allah meminta kita untuk menikah dengan orang yang baik, shalehah dan bertaqwa:

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS An-Nur: 32)

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman tentang sifat-sifat wanita jannah (surga):

"Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (QS An-Nisaa’: 34)

Shalihat artinya mereka adalah wanita yang baik agamanya. Qaanitaat artinya mereka patuh terhadap suaminya. Dan Haafizaat lil-Ghaib artinya mereka menjaga harta, kekayaan, anak-anak suaminya dan seterusnya tatkala suaminya pergi.Dilaporkan dalam Mu’jam ath-Thabraani al-Kabiir dan Shahih al-Jaami’, dari Abdullah bin Salaam Radliallahu Anhu bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:"Wanita yang terbaik adalah wanita yang menyenangkan kamu tatkala kamu melihatnya, mematuhimu ketika kamu memerintahnya, menjaga dirinya sendiri (kesuciannya) dan harta kamu dalam ketiadaan kamu."Wanita yang patuh (taat) kepada Allah, Rasul-Nya dan suaminya maka tidak diragukan lagi dia layak mendapatkan jannah. Dilaporkan dalam Musnad al-Imaam Ahmad bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda :

"Jika seorang wanita menegakkan sholat 5 waktunya, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kesuciannya dan mematuhi suaminya, maka akan dikatakan kepadanya (di hari pengadilan), masuklah ke dalam surga dari pintu yang kamu sukai."Oleh karena itu, sifat-sifat dari wanita yang baik yang telah disebutkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya adalah:*
Shaalihat, mereka melaksanakan dien dan memiliki dien/agama yang baik* Qaanitaat (mutii’aat), patuh kepada suaminya sepanjang dia tidak memerintahkan untuk tidak patuh kepada Allah.*
Menjaga diri mereka tatkala suaminya tidak ada*
Menjaga harta, kekayaan dan anak-anak suami*
Membahagiakan hati suami (yaitu dengan aktif untuk menyayangi dan bersosialisasi dengannya)Dilaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

"Wanita (pada umumnya) dinikahi karena 4 hal : karena hartanya, karena statusnya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang baik agamanya, maka tanganmu akan dipenuhi dengan pasir-pasir (kebaikan)." (Shahih Muslim, Hadist No. 1466)
Taribat Yadaak (maka tanganmu akan dipenuhi dengan pasir) artinya bahwa jika seseorang memilih seorang wanita yang memiliki kebaikan dien dalam pernikahan mereka maka tangan mereka akan dipenuhi kebaikan dan mereka menjaga diri mereka dari sesuatu yang tidak menyenangkan hidup.Jika seorang wanita memiliki agama yang baik, maka dia akan membawa ketenangan di rumahnya dan akan menyebabkan kebahagiaan pada suaminya. Dia akan menjadi lahan yaitu melahirkan anak-anak yang baik dan mereka akan mewarisi sifat-sifatnya dan karakter-karakternya. Bagaimanapun, jika dia menyimpang maka anak-anaknya akan mewarisi karakternya yang buruk dan personalitasnya, pernikahan akan mengalami petaka kegagalan, adapun suami akan gagal memenuhi apa yang diperintahkan Allah SWT yaitu untuk memilih wanita yang baik.Wanita yang baik akan selalu menyesuaikan apa yang dia katakan dengan lakukan, dia adalah penjaga harta suaminya, rahasianya, kehormatan dan reputasinya. Reputasinya sebagai seorang wanita yang baik akan membawa kehormatan kepada keluarga.Tidak diragukan, kecantikan, karakternya, personalitas, ketaqwaan dan agamanya melebihi kecantikan wajah dan fisiknya yang nampak. Hal tersebut akan tinggal selamanya. Adapun kalau kecantikan wajah maka akan berubah (yaitu kerena faktor usia) hanya dalam ukuran tahun.Untuk wanita yang buruk akhlaqnya, kalau dia tua maka dia akan mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia masih muda dan merasa seperti wanita-wanita yang berumur belasan tahun. Dia tidak akan punya waktu untuk membaca Al-Qur’an, mengurus anak-anak atau bahkan suaminya. Sebaliknya dia akan berada di depan kaca, menggunakan make-up, dan mencoba menyembunyikan keriput dan noda-noda di wajahnya.Wanita yang baik, akan selalu ingat akan tanggung jawab terhadap suaminya dan kewajibannya kepada Allah. Dia akan selalu mengingatkannya untuk sholat, mendorongnya untuk berdakwah dan mendukung jihad serta mengerjakan kewajiban-kewajibannya tanpa diminta. Jika suaminya baik maka suaminya akan memenuhi kebutuhannya dan memperhatikannya, dia tidak akan pernah melirik wanita lain karena istrinya tertambat di dalam hatinya.Abdullah bin Rawaahah Radliallahu Anhu memiliki seorang budak hitam. Dia pernah memukulnya dan kemudian dia merasa bersalah karena telah melakukannya. Dia kemudian pergi menemui Rasulullah SAW dan mengatakan kepadanya apa yang terjadi. Nabi bertanya kepada Abdullah tentang gambaran karakternya. Abdullah menginformasikan kepada Nabi Salallahu Alaihi Wasallam bahwa dia (budak wanitanya) berpuasa, sholat dan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Nabi bertanya lagi, "Berarti dia adalah seorang yang beriman." Abdullah Radliallahu Anhu berkata, "Saya akan pergi untuk membebaskannya dan menikahinya."Ada beberapa orang yang mulai mencela Abdullah karena menikahi seorang budak wanita, karena mereka masih sering melirik orang-orang kafir untuk mereka nikahi. Allah SWT kemudian menurunkan ayat :

"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu." (QS. Al-Baqarah, 2:221)

Dilaporkan juga bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan wanita berkulit hitam yang berada di bawah kekuasaan Hudaifah bin al-Yaman Radliallahu Anhu. Hudaifah berkata kepada Khansaa’, budak wanitanya : "Wahai Khansaa’, Allah telah berfirman tentang kamu. Oleh karena itu, saya akan membebaskanmu, kemudian menikahimu."Dalam ayat ini subyek utamanya adalah agama yang baik. Kecantikan tubuh atau wajah bersifat subyektif tiap orang. Beberapa orang menyukai wanita dengan hidung yang mancung, yang lainnya menyukai wanita dengan hidung yang pendek. Beberapa orang juga menyukai wanita yang bermata lebar, adapun yang lain lebih tertarik pada wanita yang bermata sipit. Beberapa laki-laki menyukai wanita yang besar, yang lainnya menyukai yang langsing. Beberapa diantaranya menyukai wanita yang pendek, yang lainnya suka yang tinggi. Jadi kecantikan itu tergantung mata yang melihat. Apakah keumuman setiap laki-laki menyukai wanita yang baik agamanya, personalitas dan karakternya? Atau lebih menyukai wanita yang cantik di luar sana akan tetapi dia suka menyumpah, berteriak-teriak dan memiliki karakter yang buruk?
Dilaporkan dalam Shohih Bukhori bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Tiga orang yang akan mendapatkan pahala ganda yaitu:(1) Seseorang dari golongan ahlul kitab (Yahudi atau Nasrani) yang beriman kepada nabinya (Isa atau Musa) kemudian beriman kepada Muhammad SAW (yaitu masuk Islam).(2) Seorang budak yang memenuhi kewajibannya kepada Allah dan juga kepada majikannya.(3) Seorang majikan (pemilik budak) yang memiliki budak wanita kemudian mengajarinya jalan yang terbaik (dien/agama), membebaskannya kemudian menikahinya. Bagi dirinya (orang majikan tersebut) akan mendapatkan 2 pahala."(Kitab Ilmu, Bab 31, Hadist No. 97).

Pasangan yang terbaik dalam hidup ini adalah wanita yang beriman (muslim) dengan kebaikan agamanya maka ia akan dapat menolong suaminya untuk menempuh kehidupan yang sesuai dengan Islam.Istri yang baik adalah seperti Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu Anhu, istri Nabi, wanita yang mengimaninya ketika orang-orang mengkufurinya; mempercayainya ketika orang-orang tidak mempercayainya; menerima apa yang beliau katakan ketika orang-orang mengingkarinya; melindunginya ketika beliau membutuhkannya; menolongnya ketika orang-orang mencoba untuk mencelakakannya. Khadijah mendampinginya dalam kehidupan yang susah maupun senang.Wanita yang baik adalah seperti Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, wanita yang sangat bangga akan agamanya. Dia mengirimkan anak laki-lakinya ke jalan surga dengan syahid, dan dia mendorongnya untuk berdiri teguh di depan Thaghut sampai mati dengan kematian yang mulia.Istri yang baik adalah seperti Shafiyyah binti Abdil Muthalib Radhiyallahu Anhu, wanita yang sibuk ke medan perang untuk memerangi Yahudi yang ingin menyerang kehormatan orang-orang yang beriman.Istri yang baik adalah seperti Sahaabiyyah Khansaa' Radhiyallahu Anhu, wanita yang mengirim semua anak laki-lakinya yang berjumlah 4 untuk pergi berjihad. Ketika datang berita bahwa keempat anak laki-lakinya syahid, dia berkata: "Terima kasih ya Allah karena telah menjadikan mereka semua syahid dan aku berdo’a agar aku dapat bertemu dengan mereka di hari pengadilan nanti!"Istri yang baik adalah Waluud yang artinya dia ingin memiliki anak. Dia bukanlah seseorang yang mengatakan, "Aku ingin menjaga penampilanku dan tidak ingin memiliki anak." Istri yang baik adalah orang yang ingin memiliki banyak anak.Rasulullah SAW bersabda:

"Menikahlah dan perbanyaklah anak-anakmu, sesungguhnya aku akan membanggakan kamu di hari pengadilan nanti." (Shahih al-Jaami’, Hadist No. 3366)

Jadi tujuan dari pernikahan bukan hanya untuk memperoleh kenikmatan akan tetapi juga untuk meneruskan ras manusia.Allah SWT berfirman:

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS Al-Kahfi: 46)

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala juga berfirman:"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS Ali Imran: 14)Ada banyak hal yang diingini oleh manusia-manusia: wanita, anak-anak, emas, perak (harta), kuda dan seterusnya; akan tetapi apa yang Allah berikan kepada kita di akhirat adalah jauh lebih baik.Dalam Surat Maryam dikatakan bahwa Zakariyyah Alaihi Salam memohon kepada Allah:"Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS Maryam: 4-6)

Jadi alasan menikah adalah memiliki anak. Inilah kenapa sangat penting bagi wanita untuk memahami hal ini sebelum dia menikah, yaitu dia diharapkan untuk memiliki anak, bukan untuk menyelesaikan pendidikannya atau belajar mengendarai mobil.Jika dia tidak tahu bagaimana cara untuk memasak, bersih-bersih, mencuci atau menjahit, tidak juga ingin memiliki anak, lantas untuk apa dia sebagai seorang istri?Wanita yang baik adalah yang lembut, bijaksana dan lemah lembut. Jika suaminya berbicara kepadanya, dia tidak membantah atau berteriak kembali kepadanya. Sekiranya dia seorang istri, dia bukanlah pegulat atau petinju.Mukmin yang baik, suami yang baik dan istri yang baik akan meminta dan memohon kepada Allah agar dianugerahi anak yang sholeh:"Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Furqaan: 74)

Bahkan malaikat-malaikat beristighfar dan memohonkan ampun kepada Allah untuk manusia, istrinya dan anak-anaknya serta menjadikan mereka bahagia:"Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al-Mu’min: 8)
Kenikmatan dunia adalah istri dan anak. Jika seorang wanita tidak bisa melahirkan anak disebabkan dia sakit maka ini bukanlah kekuasaan-Nya. Akan tetapi jika dia sangat menginginkan untuk memiliki anak maka dia adalah wanita yang baik agamanya. Dia tidak harus cantik (sesuai dengan pandangan beberapa orang), akan tetapi dia dapat menawan hati suaminya dengan karakternya dan personalitasnya.
Daripada menggunakan kecantikannya akan tetapi di setiap waktu dia berbicara dengan suara seperti George Bush atau Khaddafi.Dilaporkan dalam Sunan Abu Dawud bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Muhammad SaAW dan berkata kepadanya, "Aku mencintai seorang wanita yang baik nama (statusnya) yaitu cantik, akan tetapi tidak bisa punya anak. Apakah anda menyarankan aku untuk menikah dengannya?" Nabi berkata, "Jangan." Laki-laki tadi datang kembali 2 kali akan tetapi setiap kesempatan Nabi Salallahu Alaihi Wasallam menjawabnya, "Jangan." Setelah waktu yang ketiga kalinya Nabi bersabda:

"Nikahilah wanita yang waduud (patuh, takut kepada suami) dan waluud (bisa punya anak). Aku akan membanggakan kamu (di hari pengadilan nanti)." (Sunan Abu Dawud, Kitabun Nikaah, Hadist No. 2050)

Wanita yang waluud yaitu bisa punya anak dan memiliki kesehatan yang bagus. Biasanya jika ibunya atau bibinya punya anak banyak maka dia akan mampu memiliki anak juga.Wanita yang waduud adalah wanita yang bijaksana dan baik terhadap suaminya. Dia tersenyum kepadanya, berbicara dengan bijak dan ingin suaminya menjadi bahaga. Dia akan tersenyum dengan cinta dan kasih sayang.Dilaporkan dalam hadits shahih al-Bukhori bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Di antara semua wanita-wanita yang menunggang onta (yaitu wanita-wanita Arab); wanita dari Bani Quraisy adalah yang terbaik. Mereka penyayang dan baik hati terhadap anak-anak mereka dan penjaga terbaik atas kekayaan suami mereka." (Al-Bukhari, Kitab 60, Bab 46, Hadist No. 3434)

Rasulullah SAW menggambarkan mereka sebagai yang terbaik karena mereka lemah lembut dan baik hati terhadap anak-anak mereka dan secara otomatis akan disayang dan diridhai suami mereka.Wanita yang baik adalah penjaga dan pelindung harta kekayaan dan rahasia-rahasia suami mereka. Apa yang suaminya katakan terhadapnya secara pribadi, dia tidak seharusnya mempublikasikan atau mengatakan kepada temannnya.Mudah untuk mendapatkan suami yang baik saat ini, akan tetapi tidak mudah untuk mendapatkan istri yang baik.Istri yang baik akan mengikuti pendapat (hukum) dari suaminya, bukan dengan pendapatnya sendiri. Dia tidak akan mengatakan kepadanya, "Kamu dapat merayakan I’ed hari ini, akan tetapi aku akan merayakannya besok."Seorang suami tidak akan pernah hidup dalam ketenangan jika menikah dengan wanita yang agamanya sesat, seorang Habashi, Deobandi atau Tahriiri.
Keduanya idealnya memiliki agama yang sama dan aqidah (keyakinan) yang sama. Jika seorang istri mengimani bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, sementara suaminya mengimani bahwa Allah ada dimana-mana, maka akan selalu terjadi perselisihan pendapat dan debat argumen, adapun pernikahannya tidak akan bisa melakukan kerjasama diantara keduanya.Agama yang baik bukan hanya shalat atau berpuasa.
Jika seorang laki-laki memiliki agama yang baik, dia akan mengimani bahwa Yahudi dan Nasrani adalah kafir, dan jika wanita memiliki agama yang buruk maka dia akan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman.Lebih lanjut, wanita tersebut akan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah negara sekuler, dimana pikiran-pikiran mereka akan diracuni dengan pemikiran kufur.Jika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita Barelwi atau pelaku bid’ah maka istrinya akan mengajarkan anak-anaknya untuk menyembah kuburan dan meminta bantuan dari orang yang sudah meninggal dunia.Allah SWT berfirman:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ruum: 21)

Bagaimana mungkin akan ada ketenangan dalam pernikahan jika istrinya menekan suaminya untuk membelikannya baju-baru baru, sepatu berhak tinggi, tas dan barang-barang perhiasan setiap hari? Setiap hari dia butuh waktu berjam-jam untuk bermake-up (berhias) dan jika suaminya mengomentarinya mengenai satu hal maka dia akan membuat hidup suaminya sedih. Itu bukanlah sifat seorang istri yang seharusnya.Wanita butuh untuk meraih cinta dari suaminya dan menginginkan untuk dapat meraih surga melaui taat pada suaminya. Dia akan memasak untuknya, membersihkan baju-bajunya, menyetrika pakaian-pakaiannya dan menyiapkan makanan. Dia bukanlah seorang budak atau pembantu, akan tetapi ini adalah peran normal dari seorang istri.Rasulullah SAW bersabda:

"Aku akan informasikan kepadamu tentang wanita ahli surga! (mereka adalah) waduud (penuh kasih sayang dan sayang kepada suami mereka), waluud (subur) dan bermanfaat. Jika dia berpamitan kepadamu maka dia akan mengatakan, “Disini tanganku yang ada dalam tanganmu. Saya tidak bisa tidur hingga kamu senang." (Shohih al-Jaami’)

Hadits ini menggambarkan seorang wanita jannah (surga) yang digambarkan sebagai seorang yang tidak akan beranjak tidur (setelah berpamitan kepada suaminya) hingga dia memegang tangannya dan berkata, "Saya akan beranjak tidur hingga kamu ridha terhadapku." Atau hingga dia dimaafkan. Di manakah macam wanita jenis ini sekarang ini? Sekarang, jika suami berpamitan kepada istrinya maka istrinya akan mengatakan kepadanya pergilah ke neraka dan membuat suaminya tidur dalam kebun. Rasulullah SAW menyarankan para pengikut-pengikutnya untuk menikah dengan wanita yang perawan.
Konsep ini memberi tekanan bagi seorang wanita agar mempertimbangkan dengan benar masalah perceraian karena dia akan mengetahui bahwa akan sulit baginya untuk menikah lagi.Inilah salah satu cara bahwa Islam melindungi keluarga; seorang istri tidak bisa lari hanya karena dia tidak memiliki televisi (sebagai contoh) karena dia tahu bahwa perceraian adalah sebuah pantangan dalam pernikahan.Saat ini jika seorang suami mencoba menasehati dispilin kepada istrinya maka istrinya akan berteriak kepadanya atau berpikir bahwa suaminya mencoba untuk mengontrolnya.Lebih lanjut jika dia (suaminya) berpamitan kepada istrinya maka dia tidak akan menemaninya karena dia pergi untuk melihat TV dan melihat laki-laki lain yang dia sukai.

Pada masa lalu, seorang ibu menasehati anak perempuannya, "Jadilah sebagai pembantu/hambanya, maka dia akan menjadi hambamu. Jadilah lahannya, dan dia akan menjadi akarmu."
Saya berharap semoga tulisan ini dapat memberi pencerahan atas kriteria untuk memilih patnert yang baik. Selalu perhatikanlah kebaikan agamanya karena orang yang mengetahui hukum syari’ah maka diapun juga akan mengetahui mana yang halal dan yang haram.

Wallahu'alam

ADA 10 PEMBATAL KE-ISLAMAN SESEORANG

Diantara 10 perkara yang bisa membatalkan seseorang dari keislaman adalah; syirik, tidak mengkafirkan orang musyrik, memperolok-olok agama Allah, sayang pada orang kafir dan memusuhi saudara Islam Banyak orang mengira, setelah mengucapkan dua kalimah Syahadat predikat “Islam” langsung bersandar pada seseorang. Padahal, predikat itu bisa hilang alias batal jika tidak berhati-hati dalam menjaga amalan dalam hidupnya. Di bawah ini ada 10 amalan yang bisa menjadikannya pembatal keislaman seseorang;

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah SWT Syirik adalah termasuk dosa besar. Karena dia menyamakan Allah (sebagai khalik) dengan manusia atau benda (sebagai makhluk). Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia dengan sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 116)

2. Menjadikan suatu benda (makluk) sebagai perantara antara dirinya dengan Tuhannya Orang-orang seperti ini, biasanya selalu menempatkan benda-benda atau makhluk ciptaan Allah sebagai perantara antara dirinya dengan Allah. Misalnya dengan berdo’a atau memohon ampun dan meminta syafaat melalui benda itu. Baik melalui benda mati atau benda hidup. Termasuk manusia atau hewan sekalipun. Meminta kaya dengan keris atau jimat. Meminta diberi panjang umur, cepat mendapat jodoh melalui makam-makan orang yang sudah mati. Di beberapa kota di Indonesia, bahkan dikenal adat berebut kotoran hewan atau berebut air bekas cucian keris warisan raja-raja agar mendapatkan barakah. Perbuatan seperti ini sama halnya menundukkan benda setara dengan Tuhannya. Sikap seperti ini merupakan salah satu pembatal keislaman.

3. Tidak mengkafirkan orang musyrik dan membenarkan madzab mereka. Sikap Islam sudah jelas, orang musyrik adalah kafir. Sayangnya, perkembangan dunia sekarang ini justru terbalik. Hanya karena ingin sebutan kaum moderat atau entah karena kedekatan hubungan, sebagian kalangan Islam segan menyebut istilah musyrik dan kafir bagi orang yang keluar dari Islam. Sikap seperti ini merupakan salah satu pembatal keislaman.

4. Lebih mengutamakan hukum thoghut daripada hukum Allah dan petunjuk RasulNya Saydina Umar al-Khattab mengatakan, taghut adalah syaitan. Jabir menjelaskan bahwa taghut itu adalah tukang-tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi, taghut ialah setiap apa yang melampaui oleh seseorang hamba di dalam penyembahan, ikut dan taat, pada hukum selain yang diperintahkan dalam kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Siapa yang berhukum kepada taghut mereka kufur dengannya. Imam Malik berkata, taghut ialah apa yg disembah selain Allah SWT.

5. Tidak menyukai, bahkan membenci sunnah Rasulullah SAW Allah berfirman, Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan keridhaanNya; sebab itulah Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka

6. Memperolok agama Allah, al-Islam, baik menyangkut pahala-Nya atau ttg berbagai hukum-Nya Kasus seperti ini sering terjadi. Entah bagi orang yang tidak mengerti agama atau yang mengenal sekalipun. Belakangan, sifat seperti itu justru terjadi pada orang-orang yang mengenal ilmu agama secara baik. Kebanyakan, orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak memilik rasa percaya diri (PD) pada agamanya. Karena bernafsu agar orang lain menyebutnya pluralisme atau eklusif, terkadang untuk agamanya sendiri mereka main-main dan memperolokkannya. Bahkan kalau perlu menjual agamanya demi kedekatan dengan orang lain yang sudah jelas berbeda agama dan hukum-hukumnya. Perlakuan seperti ini sudah membatalkan keislaman. Allah berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” “Tidak usah kamu minta maaf, karena kafir sesudah beriman...” (QS. At-Taubah: 65-66).

7. Mempelajari, terpikat dan mengamalkan ilmu sihir (guna-guna) Amalan seperti adalah amalan yang paling dibenci Allah. Karena itu dengan alasan apapun, jika seorang Muslim melakukannya, yakinlah, amalan itu telah membatalkan keislaman Anda.

8. Membantu dan menolong orang-orang Musyrik untuk memusuhi orang-orang Islam (Muslimin) Sejak hidup hingga mati, sikap Rasulullah Muhammad cuma satu. “Keras terhadap kaum kafir dan lembut terhadap Muslimin.” Tetapi, sebagaian dari kita (kaum Muslimin) ada yang justru menjadi ‘duri dalam daging’. Mereka hidup dan mengaku sebagai Muslim, tapi amalannya digunakan justru untuk memusuhi saudara-saudaranya seiman. Banyak kasus tokoh-tokoh Islam --bahkan sebagaian disebut ulama-- justru paling suka mengecam dan memojokkan kaum Muslimin dan hidupnya menjadi pembela orang-orang ghoirul Islam. Biasanya, mereka paling peka jika melihat sedikit kesalahan Muslimin dan menjadi pelindung orang ghoirul Islam. Orang-orang seperti itu, kata Allah, sudah termasuk golongan dari mereka alias keluar dari Islam. “Dan barangsiapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk ke dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51) Menurut Qathlani, ciri-ciri orang yang seperti ini adalah; kaum Muslimin yang suka menyerahkan urusan Islam kepada orang musyrik dan mereka yang suka membela kedzaliman orang musyrik. Rasulullah bersabda, “Mencaci maki sesama muslim adalah perbuatan yang fasik, dan membunuh orang muslim adalah perbuatan kafir.” (HR. Muslim) “Barangsiapa yang berkumpul dengan orang-orang musyrik dan tinggal bersama nya maka sesungguhnya ia seperti mereka.” (HR. Abu Daud)

9. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Rasulullah SAWKelompok seperti ini belakangan semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Mereka merupakan kelompok orang yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera akal mereka. Mereka, mendudukkan wahyu di atas akal mereka. Hujah yang sering mereka kemukakan adalah, “Muhammad adalah manusia biasa, karenanya, dia bisa salah.” Pernyataan itu kemudian mereka belokkan dengan bahasa lain; diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Muhammad SAW. Dan mereka merusak sunnah-sunnah Nabi. “Barangsiapa menghendaki selain Islam sebagai agama, maka tak akan diterima agama itu daripada-Nya, dan ia di akhirat tergolong orang-orang yang merugi.” (Q.S: Ali Imron:85)

10. Berpaling dari agama Allah atau dari hal-hal yang menjadi syarat utama seorang Muslim Syarat seorang Muslim sejati adalah melaksanakan ajaran agama Allah sesuai al-Qur’an dan Sunnah nya. Tetapi sebagaian orang --karena kesombongannya—mereka melakukan rekayasa akal dengan cara ‘menyelewengkan’ pesan Allah dalam al-Qur’an dan Sunnah-nya. Mereka, biasanya bangga akan akalnya. Karenanya, mereka merasa, apa-apa yang sudah jelas diperintahkan oleh al-Qur’an tidak perlu dikerjakan jika tidak cocok dengan akalnya. Kesombongan mereka dihadapan Allah paling utama ketika mereka berusaha merubah al-Qur’an dan Sunnah karena dianggap tidak sesuai dengan akalnya. Orang-orang seperti ini, biasanya mudah membuat dan merekayasa hukum Allah untuk disesuaikan dengan akalnya. Entah hukum soal menikah, waris, talak, haji dan sebagainya. “..dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-KU dengan harga sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S: al-Maidah: 44

CIRI-CIRI MUKMIN SEJATI

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat: 15)
Tiada suatu pun dalam kehidupan ini yang lebih berharga bagi manusia daripada iman. Dengan bekal iman yang benar, seseorang akan bisa merasakan indahnya kehidupan dunia dan nikmatnya kehidupan akhirat. Sebab dalam hidup ini berlaku dua rumus paten, orang yang mati tetap memegangi imannya ia akan masuk sorga dengan segala keindahannya, dan orang yang mati tidak memiliki iman ia akan masuk neraka dengan segala kepedihannya.
Meskipun kaidah ini sudah difahami oleh kebanyakan orang, tetapi dalam realitasnya banyak yang kurang bisa menerapkan teori ini dengan benar. Mereka itu mengaku beriman baru sebatas pengakuan lisan, tetapi hati dan amalnya kurang siap menerima iman yang sudah diikrarkan secara lisan tersebut. Golongan seperti itu dalam Islam disebut dengan golongan munafik. Dan adanya golongan ini disebutkan di dalam firman Allah,"Dan di antara manusia ada orang yang mengatakan ‘Kami telah beriman kepada Allah’ tetapi sebenarnya mereka itu tidak beriman.” (QS al-Baqarah: 8).
Di sini kita melihat bahwa persoalan iman adalah soal yang pelik. Padahal ia menjadi tolok ukur keselamatan manusia di akhirat nanti. Melihat pentingnya persoalan ini maka wajar jika Allah menjelaskan tentang hakekat keberimanan seseorang di dalam al-Qur’an. Tentu tujuanya adalah supaya manusia tidak kesulitan mencari penduan hidup baginya.
Banyak ayat di dalam al-Qur’an telah menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman. Di antara ayat yang menyebutkan ciri-ciri mereka terdapat di dalam surat al-Hujurat ayat 15.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat: 15)
Ayat di atas diawali dengan kata innama. Kata innama berfungsi untuk membatasi kata yang terletak sesudahnya. Dalam ayat ini yang dibatasi adalah istilah al-mu’minun (orang-orang yang beriman). Maksudnya, orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan di dalam lanjutan ayat tersebut. Kemudian di akhir ayat tersebut Allah menegaskan sekali lagi, bahwa orang beriman yang memiliki sifat tersebut adalah mereka yang benar-benar beriman. Sifat-sifat itu adalah;

1. Beriman kepada Allah dan RasulNya

Istilah beriman bukan sekedar percaya. Jika maksud beriman sekedar percaya, maka iblis pun termasuk orang yang beriman kepada Allah. Sebab Iblis sangat percaya adanya Allah dengan segala sifatNya. Beriman maksudnya adalah percaya di dalam hatinya, lisannya mengucapkan kepercayaannya, dan anggota tubuh yang lain mengamalkan konsekuensi dari keimanannya.
Dari batasan ini, beriman kepada Allah dan RasulNya, adalah meyakini di dalam hati, lisannya mengucapkan dua kalimah syahadat, dan seluruh gerak hidupnya merupakan perwujudan dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya.

2. Tidak ragu-ragu

Keraguan terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah sebagai ajaran dari Allah menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Demikian juga, keraguan terhadap benarnya ajaran itu juga membatalkan keimanannya. Maka orang yang beriman meyakini dengan sepenuh hati kebenaran ajaran Allah dan RasulNya. Ajaran itulah ajaran yang benar. Tidak ada kebenaran hakiki di luar ajaran yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya.

3. Berjihad dengan harta dan jiwa

Jihad artinya adalah bersungguh-sungguh. Kesungguhan merupakan buah dari kemantapan hati terhadap sesuatu yang diyakininya. Orang yang tak yakin tak akan sanggup melakukan sesuatu dengan segala kesungguhan hati. Kalaupun ia mengamalkannya maka ia akan mengamalkan dengan setengah hati. Tetapi jika ia meyakini dengan keyakinan yang penuh, ia akan bisa mengamalkan dengan sepenuh hati, dan dengan segala kecintaannya. Demikianlah, buah dari mantapnya keyakinan, dan tidak adanya keraguan sedikitpun, ia mantap dalam mentaati perintah Allah dan RasulNya, serta menjauhi larangan Allah dan RasulNya. Meski apapun yang akan menimpanya, kemantapannya tidak akan menyurutkannya dari mentaati Allah dan RasulNya.
Manusia memiliki kecenderungan menyukai sesuatu yang identik dengan dirinya. Ia akan menyukai orang lain yang memiliki banyak persamaannya dengan dirinya. Demikian juga dalam masalah keimanan ini. Ia akan merasa senang jika orang lain memiliki keimanan seperti dirinya. Terlebih lagi bahwa keimanan ini akan menyelamatkan, maka ia akan berusaha supaya orang lain pun selamat, karena memiliki keimanan itu. Aktifitas membawa orang lain untuk mengikuti apa yang diyakininya merupakan langkah selanjutnya dari jihadnya. Seorang mukmin harus melakukan tugas ini.
Jika orang lain menentang ajakannya, bahkan berusaha menghalangi usahanya untuk menebar rahmat, ia tidak boleh diam. Dengan segala daya upaya ia harus lakukan untuk mengamankan misi penting itu. Bahkan jika perlu mengangkat senjata untuk membela agamanya, maka itu akan dilakukannya juga. Inilah puncak dari jihad fi sabilillah, sebagaimana sabda Rasulullah saw

رَØ£ْسُ الْØ£َÙ…ْرِ الْØ¥ِسْÙ„َامُ ÙˆَعَÙ…ُودُÙ‡ُ الصَّÙ„َاةُ ÙˆَØ°ِرْÙˆَØ©ُ سَÙ†َامِÙ‡ِ الْجِÙ‡َادُ

Pokok persoalannya adalah Islam, pilar penyangganya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad (HR at-Tirmidzi)

Wallahu a’lam…

AMERIKA ADALAH BANGSA PEMBOHONG

Kebohongan didefinisikan sebagai suatu perbuatan memalsukan informasi untuk menipu orang atau memberikan penekanan yang salah kepada yang lain dan merupakan perbuatan yang jauh dari kebenaran. Secara umum bohong dikenal sebagai perbuatan yang salah baik secara moral maupun secara agama. Secara luas dapat dipahami bahwa seseorang yang berbohong adalah seseorang yang tidak dapat dipercaya dan kebohongan yang tersebar luas dapat menciptakan kecurigaan, kekacauan dan kerusakan di antara umat (masyarakat). Bukan suatu yang aneh lagi ketika mempelajari kehidupan masyarakat Barat yang penuh kebohongan, para pembohong tersebar di mana-mana dan itu sudah menjadi jalan hidup mereka.
Anak-anak masyarakat Barat dididik dengan kebohongan sebagai bagian dari materi didikan mereka. Secara terus-menerus anak-anak itu hidup bersama mereka, diasuh mereka dengan ide-ide yang salah. Anak-anak mulai dari usia dini dipengaruhi oleh kebohongan-kebohongan dan inilah yang akan memainkan peranan kelak. Anak-anak diajari dengan cerita-cerita bohong/ dan monster-monster, mereka membaca kisah-kisah khayal dari buku-buku yang tidak berguna yang dibangun atas dasar kebohongan dan muslihat yang seharusnya dibuang dan dijauhkan dari pikiran generasi muda. Mereka kemudian mulai percaya pada cerita-cerita tentang Drakula dan Frankenstein yang tidak ada hubungannya dengan realita kehidupan. Anak-anak diberikan idealisme untuk menjadi model-model yang dapat dilihat dan dipertontonkan. Sebuah kepribadian uang dibentuk oleh Hollywood atau artis dan budaya olahraga, meniru mereka dan mencurahkan waktu berusaha mempelajari segala hal tentang mereka.
Kebohongan terbesar dari semuanya adalah tentang Natal dan Santa Clauss. Anak-anak dari usia muda belajar tentangnya dan dibantu untuk mempraktekkannya. Pengajaran itu mendorong anak-anak muda maupun yang dewasa untuk merayakannya (seperti apa yang mereka pelajari). Kebenaran yang ada yaitu bahwa Natal adalah sebuah perayaan yang tidak akan dikerjakan selain bersama dengan perayaan kelahiran Yesus atau perayaan umat Kristen, bahkan perayaan ini merupakan kelanjutan dari festival para penganut paganisme (para penyembah banyak tuhan) yang diketahui oleh banyak orang.
Anak-anak terus diajarkan kebohongan di sekolahnya sebagai bagian dari pendidikan mereka, dimana mereka mengajarkan tentang evolusi manusia yang berasal dari kera. Mereka mengajarkan sebagai sebuah fakta yang harus diterima dan adanya bumi beserta sebuah eksistensinya datang dari sebuah teori Big Bang dengan tujuan menjauhkan masyarakat dari keimanan kepada pencipta.
Tipe didikan seperti ini secara alami akan menghasilkan pribadi pembohong. Seseorang akan melihat bahwa tidak ada bahaya (ketakutan) dalam mengatakan tentang kebohongan atau menciptakan kebohongan kepada yang lain. Inilah kenapa film, drama, komedi dan novel-novel begitu populer di tengah-tengah masyarakat karena mereka adalah pembohong yang membuat cerita-cerita palsu dan memerankannya kepada yang lain untuk membuat cerita dalam rangka menyuguhkan hiburan kepada masyarakat. Dalam waktu yang tidak begitu lama tatkala masyarakat menikmati sarana hiburan yang penuh dengan kebohongan ini, maka walaupun mereka tidak mengerjakan kebohongan akan tetapi mereka akan menerima ini (kebohongan) sebagai suatu yang wajar dalam masyarakat. Berdasarkan pendekatan melalui penelitian yang cermat hal ini bisa menjadi suatu bukti bahwa seperti itulah pengajaran yang disebarluaskan diseluruh aspek kehidupan diantara masyarakat Barat (kufur). Bukan merupakan hal yang aneh lagi kalau kita temukan semua industri-industri seperti jurnalistik didasarkan atas kebohongan dan penipuan dimana mereka dengan sengaja menyimpangkan dan memalsukan berita dalam rangka untuk membodohi masyarakat dan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Berita-berita gaul yang terbit setiap harinya didasarkan atas media kemungkinan, apakah itu media elektronik atau yang lain, menyebarkan berita kebohongan atau fitnah secara terus menerus. Masyarakat akan membelanjakan uang dan mencurahkan waktunya setiap hari untuk membeli, membaca, dan melihat apa-apa yang telah dipalsukan oleh para jurnalis. Pada faktanya para jurnalis tersebut bermaksud untuk membohongi dan menyimpangkan kejadian-kejadian di seputar dunia untuk kepentingan dan manfaat pemerintah mereka yang disebut dengan “propaganda hitam” dan bahkan membayar orang-orang di negara asing untuk menyebarkan kebohongan tersebut.
Mirip dengan politik yang penuh dengan kebohongan, penipuan dan hubungan skandal untuk tujuan memperoleh dukungan atau untuk memfitnah yang lain. Peraturan-peraturan itulah hukum yang ada di negara-negara maju (Barat) yang mendidik individu-individu di dalamnya, yang dapat ditandai dengan melihat bagaimana mereka menyelesaikan urusannya di masyarakat dan itulah fakta yang diterima bahwa mereka adalah pembohong, penipu dan pemfitnah. Bukan suatu hal yang aneh lagi jika mendengar bagaimana orang seperti Tony Blair dan George Bush berbohong kepada dunia tentang senjata penghancur massa untuk pembenaran serangan mereka melawan umat muslim di Iraq. Karena mereka adalah produk sebuah masyarakat yang didasarkan atas kebohongan dan kepalsuan. Bagaimana mereka melanjutkan kebohongannya, mencoba untuk menutupi kebenaran tentang pembunuhan massal atas umat muslim baik laki-laki, wanita, dan anak-anak di Iraq dan Afghanistan, membunuh tentara-tentara mereka sendiri di negara tersebut, menyiksa oang-orang Muslim dalam tahanan, menggunakan toksin dan kimia dalam persenjataan mereka, menangkapi orang-orang Muslim di tahanan-tahanan rahasia, kegagalan intelijen-intelijen mereka, kegagalan mereka di Iraq dan Afghanistan dan masih banyak lagi yang lain, belum lagi pihak pemerintah yang meneruskan kebohongan ke masyrakat mereka dan meneruskannya ke dunia.
Mulai dari lahir hingga dewasa mereka diajarkan dengan kebohongan, kemudian bersama-sama dengan para pembohong lainnya menjadi bagian dari masyarakat yang mendasarkan pada kebohongan dan kepalsuan. Inilah norma dalam masyarakat dan menajdi bagian integral dari fungsi masyarakat. Bagaimana mungkin seseorang dari masyarakat ini dapat dipercaya ? dan bagaimana mungkin kita dapat mempercayai sebuah bangsa yang didasarkan atas kebohongan ?
Islam mengajarkan bahwa bohong adalah dosa dan bukanlah merupakan sifat dari orang yang beriman dengan benar. Oleh karena itu pendidikan dalam Islam akan memberikan jaminan (kepastian pada anak) bahwa mereka tidak disubyekkan pada konsep-konsep kehidupan yang tidak berguna dan tidak eksis (fantastis/khayal) seperti didikan Barat. Mereka tidak diajarkan pada cerita-cerita yang tidak ada hubungannya dengan realita. Mereka akan diajarkan hidup dari perspektif syari’ah. Mereka akan diajarkan tentang keimanan dan peranan iman dalam kehidupan ini. Mereka akan belajar tentang sejarah Islam yang sesuai dengan realita kehidupan, tidak seperti yang dibuat oleh Hollywood. Mereka akan diajari fakta-fakta dan tidak akan dibodohi untuk mempercayai ide-ide yang salah. Pendidikan dalam Islam terbebas dari kebohongan dan penipuan. Karena memproduksi individu-individu yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta menjadi orang yang takut hanya pada Allah swt semata.
Pribadi muslim adalah orang yang terhormat dan mulia yang akan mendorong dirinya untuk berkata benar. Inilah kenapa muslim yang benar adalah orang yang tidak hanya menahan diri dari berbohong akan tetapi memastikan bahwa kebenaran itu dapat disampaikan dan ditegakkan di sekitarnya. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah” (QS Fushilat (41) : 33)

ORANG ACEH SUKA MERANTAU.....?

Mayoritas masyarakat Aceh tidak punya tradisi merantau. Tapi mereka akhirnya meninggalkan kampung halaman. Alasannya beragam, dari mencoba mengadu nasib hingga jadi pelarian politik. Tentu ada juga yang sekadar bersekolah, bahkan hingga ke luar negeri dan membangun komunitas di sana. Menurut Doktor Irwan Abdullah, peneliti senior di Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, di Aceh hanya etnis Pidie yang punya tradisi kuat merantau. Pria pada etnis itu, kata dia, menganut sistem kekerabatan matrilineal. Pria ikut keluarga istri ketika menikah. Juga tak punya hak memutuskan apa pun. Karena itulah banyak lelaki Pidie yang memutuskan hijrah. Irwan termasuk warga Aceh yang merantau. Menurut dia, etnis lain di luar Pidie yang merantau lebih banyak disebabkan oleh faktor politik dan keamanan. Berikut ini penuturannya kepada Heru C. Nugroho dan Syaiful Amin dari Tempo pertengahan minggu ini di Yogyakarta. Apa yang menyebabkan orang Aceh meninggalkan tanah leluhurnya? Pertama, untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kedua, karena faktor pendidikan. Lima tahun terakhir, orang Aceh banyak yang melarikan diri ke Malaysia karena situasi yang tidak aman, apakah mereka terlibat dengan GAM atau tidak. Yang lebih kontemporer sudah sampai ke wilayah-wilayah yang dulu tidak dijangkau orang Aceh, misalnya di tanah Batak, Sumatera Utara. Dulu orang Aceh tidak pergi (merantau) ke wilayah yang mayoritas penduduknya bukan muslim. Sekarang banyak di daerah Kabanjahe, Tanah Karo. Di sini, di warung-warung tenda pasar kaget, malam hari, banyak orang Aceh yang jualan mi Aceh. Dulu tidak pernah ada. Ini menunjukkan bahwa situasi politik di Aceh memang membuat iklim tidak kondusif bagi generasi muda Aceh. Orang Aceh tidak punya ikatan kampung halaman yang kuat. Kalau mereka sudah pergi, ikatan ke daerah asalnya lemah dibandingkan, misalnya, dengan orang Minang atau Bali.
Bagaimana menjelaskannya secara historis? Orang Aceh itu sebenarnya punya orientasi keluar yang sangat kuat. Ada mitos akronim ACEH: A adalah Arab, C adalah Cina, E adalah Eropa, dan H adalah Hindia. Sejak dulu, orang Aceh tumbuh dengan berbagai bangsa. Komunitas Arab besar, komunikasi Aceh dengan Hadramaut cukup kuat, kemudian berlangsung perdagangan dengan Cina pada masa kesultanan. Bahkan, dalam mitologinya, ada keturunan Cina yang diperistri bangsawan Aceh. Ada satu daerah, Seulimum, dekat Banda Aceh, orangnya bule dengan hidung mancung. Di daerah ini dulu orang Portugis sempat beranak-pinak. Hindia jelas sekali hubungannya dengan Aceh. Bahkan Ibrahim Hasan dipercaya bukan orang Aceh tulen, tapi ada campuran Hindianya. Jadi komposisi kultural masyarakat Aceh sebenarnya sangat beragam sehingga dengan mudah menerima sesuatu dari luar. Demikian juga orang Aceh dengan mudah beradaptasi di luar. Apakah perantau Aceh juga punya tradisi berkumpul atau berkesenian yang jadi identitas bangsanya? Kesenian memang masih menjadi bagian, tapi tidak lagi menjadi identitas. Hanya sebagai satu kekayaan kultural yang dengan sadar dimainkan, dengan sadar ditampilkan, tapi tidak melekat sebagai satu identitas yang hendak ditonjolkan untuk menghadirkan Aceh. Kita kesulitan mencari representasi Aceh di perantauan. Kesenian saman, misalnya, ini kesenian Gayo. Jadi ada masyarakatnya sendiri. Seudati itu kelompok Aceh Utara. Tapi yang dibilang kesenian kolektif orang Aceh yang bisa menunjukkan identitas orang Aceh agak sulit. Orang Aceh (di perantauan) itu sangat mudah cair, tidak punya identitas kultural yang secara simbolis bisa dihadirkan, sehingga tidak teridentifikasi. Banyak juga warga Aceh yang tidak merantau. Apa pertimbangan mereka? Sebagian tentu saja karena merasa seluruh akses kehidupannya tersedia di tempat tinggalnya. Tidak semua orang Aceh memahami konflik sebagai tekanan. Dalam situasi konflik, banyak kesempatan diberikan. Jadi orang Aceh juga melihat bahwa konflik adalah sebuah kesempatan. Apakah bencana tsunami juga menjadi pemicu eksodus warga Aceh? Saya kira jelas. Sekarang saja di Yogya sudah banyak korban bencana yang datang menyelamatkan diri. Saya ketamuan juga banyak orang di rumah, korban dari sana. Mereka meninggalkan Aceh karena trauma melihat keadaan. Ada mahasiswa yang nggak mau lagi kuliah di sana, ada orang tua yang datang ke sini, paling tidak untuk sementara waktu. Di Medan nggak terhitung. Sekarang ini, apa sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat Aceh?
Yang sangat dibutuhkan adalah bantuan semangat, bantuan untuk mengembalikan kepercayaan diri. Bagi orang Aceh, merasa ditemani itu jauh lebih penting. Saya sudah melakukan wawancara dengan warga di beberapa pengungsian. Mereka mengatakan sangat tertekan dengan situasi sekarang. Mereka sedang labil sekali.