Minggu, 11 Januari 2009

BANGGA DIRI (SOMBONG)

Beberapa waktu yang lalu, ketika bersih-bersih rumah, tanpa sengaja saya menemukan Majalah TEMPO keluaran tahun 1979. Majalah tersebut masih utuh, hanya saja halaman per halamannya sudah agak kusam. Walaupun begitu, sangat menarik hati saya, untuk membuka ''kehidupan'' masa lalu tentang kejadian demi kejadian di Republik ini.
Menarik sangat, apa lagi saya mendapatkan satu berita yang bisa menambah wawasan dan iman saya.

Alkisah, pada saat Pemakaman Ratmi B29 (Pemain Film Humor paling terkenal masa itu), ada seorang rekannya yang kebetulan berprofesi sebagai Pelawak, sebutlah, S.
Pada sesi pemakaman, S ini bertugas sebagai juru foto. Mungkin namanya kurang iman, tiba-tiba ybs bicara "Masih muda kok meninggal......?".
Tentu saja kalimat itu ditujukan kepada Almarhumah Ratmi B29 yang saat itu sedang siap-siap mau dimasukkan ke dalam liang kubur. Ucapan yang sangat sembrono dan tidak punya basic agama yang kokoh.
Bagi orang yang mempunyai iman ke-islaman yang kuat, tentu tidak akan menggugat garis yang sudah ditentukan Allah SWT, bukan.....

Namun tidak begitu dengan S,yang begitu mudahnya mengucapkan kalimat tidak pantas tsb. Sangat sombong dan membanggakan diri dihadapan kekuatan Allah SWT.....

Dan Allah tidak suka dengan orang yang sombong. Beberapa menit kemudian Allah menunjukkan kebesaranNya, tiba-tiba S terjatuh dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia. Masih dalam suasana hiruk pikuk pemakaman Ratmi B29. Dan semua orang yang berhadir disana, sangat shock dengan kejadian itu. Namun apa mau dikata, selain terkejut dengan kejadian itu, sebagian orang jadi sangat takut dengan yang namanya "mati"....

Itulah, orang sombong hanya bisa menyombongkan diri dengan sesama manusia, tidak dengan Tuhan.

Bagi saya pribadi, yang membaca kisah tersebut, 29 tahun kemudian, sangat menjadi cambuk agar saya berhati-hati dalam bersikap. Baik terhadap Allah, maupun terhadap orang lain sesama manusia.
Mudah-mudahan saya diberi kekuatan untuk menjadi orang yang rendah hati.

Karna persoalan 'tinggi hati' atau 'bangga diri' atau sombong adalh sifat makhluk yang paling tidak disukai Allah.
Berikut nasehat Rasulullah terkait dengan sifat bangga hati tersebut, mudah-mudahan jadi pegangan kita semua.

''Tidak ada kesendirian yang lebih mencekam daripada kesendirian yang dihasilkan oleh ujub,'' demikian nasihat Nabi SAW kepada Ali bin Abi Thalib menjelang wafatnya.Apakah ujub itu? Kata ujub satu akar kata dengan kata ajaib (hal-hal yang mengherankan) dan ta'aajub (sikap mengagumi). Dengan kata lain, ujub adalah sikap melihat diri sendiri sebagai ajaib dan menakjubkan.

Syekh Bahauddin al-Amili menjelaskan, ''Tidak ada keraguan ketika seseorang melakukan perbuatan baik, seperti berpuasa dan shalat pada malam hari. Ia akan merasakan semacam kenikmatan dan kesenangan. Kenikmatan dan kesenangan itu bukanlah ujub jika timbul dari perasaaan bahwa Allah Yang Mahakuasa telah melimpahkan pemberian dan nikmat padanya berupa (dorongan untuk) melakukan perbuatan baik.''

Namun, jika kesenangan itu disebabkan keyakinan bahwa perbuatan baik itu sudah merupakan sifatnya dan dialah pelaku perbuatan itu, lalu ia mengagung-agungkan dan menyukainya, dan memandang dirinya bebas dari seluruh kekurangan sehingga seolah-olah telah memberi kebaikan kepada Allah dengan perbuatan itu; semua itu berubah menjadi ujub.

Bila dirumuskan, ujub adalah tindakan mengagung-agungkan dan membesar-besarkan perbuatan baik, perasaan puas dan senang dengannya, tersipu serta terkesima dengan perbuatan baik dirinya, dan merasa terbebas dari kekurangan.''Ada beberapa tingkatan ujub. Salah satunya adalah sifat buruk seseorang tampak baik baginya. Ia menganggapnya sebagai baik dan memuji dirinya, membayangkan ia melakukan perbuatan baik. Tingkat ujub lain tampak pada manusia yang beriman kepada Allah dan ia berpikir telah menguntungkan Allah sehingga mengungkit-ungkit kebaikan di hadapan Allah. Padahal, Allah-lah yang berbuat baik kepadanya (dengan memberinya keimanan itu),'' demikian penjelasan Ali bin Musa al-Ridha.

Bagaimana mendiagnosis jika kita mengidap ujub? Secara sederhana, indikasi ujub dalam diri adalah kegemaran untuk mengucapkan, baik secara batin maupun lisan, seperti, ''Kalau bukan saya, mana bisa!'' atau ''Untung ada saya!'' atau ''Siapa lagi kalau bukan saya!''''Katakanlah, 'Apakah kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang merugi perbuatannya?' Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan dan terhadap perjumpaan dengan-Nya. Maka, hapuslah amalan mereka dan kami tidak menghitung amalan tersebut pada hari kiamat.'' (QS Alkahfi [18]: 103-105).

Wallahu'alam,

YAHUDI KHIANATI NABI

Di Madinah, setelah hijrah dari Makkah, Rasulullah SAW mengadakan perjanjian nonagresi dan konsistensi damai dengan kaum Yahudi. Akan tetapi, bukannya menghormati perdamaian, sebaliknya Yahudi justru menghasut dan memecah belah kaum Muslim.

Pernah suatu ketika, Sayidina Abu Bakar RA mengajak salah satu suku Yahudi untuk masuk Islam. Namun, yang diajaknya menjawab ketus, ''Demi Allah, hai Abu Bakar, sebenarnya bukan kami yang butuh pada Allah. Tetapi, justru Allah yang membutuhkan kami. Bukan kami yang merayu-rayu Allah, tapi justru Allah yang merayu-rayu kami.

Kami tidak butuh kepada-Nya, tetapi Dia yang butuh kepada kami. Kalau benar Tuhan kalian kaya, pasti Dia tak akan meminta kami meminjamkan uang kami kepada-Nya, seperti yang dikatakan Muhammad sahabatmu.''Dengan ucapan itu, si Yahudi menyindir-nyindir firman Allah, ''Siapakah yang mau meminjami Allah dengan cara baik, maka Allah akan menggandakannya berlipat-lipat.'' (QS Albaqarah [2]: 245).

Mendengar ucapan tersebut, Abu Bakar yang terkenal lembut menjadi sangat marah. Sambil menampar si Yahudi, Abu Bakar berkata, ''Demi Allah, kalau tidak karena adanya perjanjian di antara kita, niscaya sudah aku penggal batang lehermu.''Kemudian, Abu Bakar mengadukan ucapan si Yahudi kepada Nabi. Lalu, turunlah ayat, ''Allah telah mendengar perkataan mereka yang berucap, 'Sesungguhnya Allah fakir, sedangkan kami kaya.' Akan Kami catat semua perkataan mereka dan tindakan mereka yang membunuh para Nabi tanpa hak serta Kami akan katakan kepada mereka, 'Rasakan siksaan azab pembakaran!'' (QS Ali Imran [3]: 181).

Sejarah Islam mencatat, telah berulang kali orang Yahudi menghasut suku-suku mereka yang telah masuk Islam untuk membangkitkan kembali dendam kesumat jahiliyah dahulu. Ada yang berpura-pura masuk Islam, setelah itu mengada-adakan hal yang tidak ada dalam Islam.Segolongan lain mencoba memojokkan Islam dengan memperdebatkan, menyebarluaskan prasangka, dan menyerang Islam dengan pertanyaan-pertanyaan, ''Apa itu Allah? Apa itu roh? Jika Allah menciptakan mahluknya, siapakah yang menciptakan Allah?''

Dalam peperangan Badar, untuk membuat kaum Muslim menjadi panik, kaum Yahudi mendesas-desuskan Nabi Muhammad SAW telah mati terbunuh. Setelah diketahui Nabi selamat, pihak Yahudi mengirimkan utusan ke Makkah untuk menghasut kafir Quraisy agar memerangi Muhammad kembali.Kini, di saat Israel melakukan tindakan biadab dan pembantaian terhadap saudara-saudara kita di Palestina, kita diwajibkan untuk meringankan penderitaan mereka. Tiap Muslim itu bersaudara. Mereka adalah satu dalam tangan, hati, dan tujuan.