Jumat, 13 Februari 2009

KEMEROSOTAN AKHLAK

Pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak Anda membahas tentang Akhlak. Mengapa ? Padahal topik sebelumnya masih terkait dengan Pemilu.
Saya ingin berbagi pengalaman, walaupun saya yakin pengalaman yang akan saya sampaikan pernah juga Anda alami (mudah-mudahan bukan sebagai Subjek).
Saya sudah beberapa kali hampir ditabrak oleh pengendara sepeda motor. Pernah suatu ketika saya lagi mengendarai sepeda motor secara ''normal'', namun tiba-tiba diserempet oleh pengendara lain yang mengendarai ''tidak normal''. Syukur, saya hanya luka sedikit, tidak sampai dirawat di RS.
Pada kesempatan yang lain, saya hampir ditabrak oleh Tukang Ojek di perempatan lampu merah depan BNI Bireuen. Padahal saya sudah merasa benar karena lampu menyala hijau di lampu lalu lintas depan Tugu. Tetapi si Tukang Ojek ini ''menerobos'' lampu merah di depan BNI. Lagi-lagi saya diselamatkan oleh Allah, sehingga menjadi peringatan bagi saya.... Alhamdulillah.

Nah, itu tadi pengalaman berkendara. Ada lagi pengalaman ketika saya tanpa sengaja ''bertatap mata'' dengan seorang Pemuda. Tanpa sebab apapun, tiba-tiba si Pemuda tsb menghardik saya. "Apa lihat-lihat....." katanya. Untung saya tidak terpancing, kemudian saya terus berlalu tanpa mempedulikannya.
Pengalaman isteri saya lain lagi. Sebagai pengajar di sebuah SMA, dia sampai tidak habis pikir dengan bermacam tingkah laku para murid SMA, zaman sekarang. Bayangkan, ada murid SMA yang berani kirim salam kepada Guru lajang disekolah-nya.

Sebegitu parah-kah akhlak Ummat Islam sekarang ini...? Akhlak remaja juga....
Pertanyaan yang tidak perlu Anda jawab. Karena beberapa kisah yang sudah saya ceritakan di atas, sudah menjadi bukti sahih kemerosotan akhlak manusia.
Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana mengembalikan marwah kita sebagai Muslim yang berakhlak mulia. Sebagaimana kita pahami bahwa Rasulullah SAW diturunkan oleh Allah ke muka bumi, salah satunya, adalah untuk memperbaiki akhlak manusia.

Saya teringat sebuah Hadist, yang artinya sbb :

"Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya." (HR Tirmidzi dan Ahmad).Hadist ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak. Selain masalah tauhid dan syariat, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.

Secara etimotogi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti tabiat, muruah, kebiasaan, fitrah, atau naluri. Sedangkan secara syar'i, seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.

Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka ia dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang akan masuk syurga. Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Tatkala Rasulullah SAW menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk berakhlak baik pada manusia. Ada sebuah riwayat dari Abi Dzar Al-Ghiffary bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi).

Benar, tauhid adalah inti dan pokok ajaran Islam yang harus selalu diutamakan. Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna. Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid adalah realisasi akhlak seorang Muslim.

Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Makin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya. Sebaliknya, tatkala seorang hamba memiliki akhlak buruk, berarti akan lemah pula tauhidnya. Akhlak adalah tolak ukur kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu:

1. Akhlak kepada Allah SWT. Diaplikasikan dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa mengharapkan limpahan rahmat-Nya.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW. Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh, kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang beliau contohkan.

3. Akhlak terhadap Alquran. Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian, tartil. Kemudian berusaha untuk memahami, menghapal, dan mengamalkannya.

4. Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari cara memperlakukan diri sendiri, kemudian orangtua, kerabat, tetangga, hingga saudara seiman.

5. Akhlak kepada orang kafir. Caranya adalah dengan membenci kekafiran mereka. Namun, kita harus tetap berbuat adil kepada mereka. Agama memperbolehkan kita berbuat baik pada mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam, atau untuk mengajak mereka pada Islam.

6. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain. Caranya dengan berusaha menjaga keseimbangan alam, menyayangi binatang, melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya.

Dari uraian ringkas yang saya sampaikan di atas, mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah serta menjadi pembangkit semangat agar kita juga turut andil dalam membina akhlak generasi penerus. Hal yang paling penting adalah membina akhlak keluarga kita, sebelum anggota keluarga menjadi anggota masyarakat. Mudah-mudahan juga tidak ada anggota keluarga kita yang menjadi ''Subjek'' dari contoh cerita saya pada alenia pertama tulisan ini.

Wallahu a'lam.

PANWASLU BIREUEN

Info terbaru tentang Pemilu hari ini adalah: Panwaslu Bireuen sudah terbentuk...! Setelah melalui proses yang panjang dan berliku, akhirnya Bawaslu menetapkan Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota se Aceh, termasuk Panwaslu Bireuen di dalamnya. Dan mereka yang terpilih sudah dilantik hari Kamis, 12 Februari 2009 di Banda Aceh oleh Ketua Panwaslu Provinsi NAD.

Adapaun ketiga Anggota Panwaslu Bireuen yang sudah dilantik adalah Abdul Majid, SH, Amiruddin, SE dan Mursal Ridha, SE. Secara ringkas saja mungkin saya dapat membantu Pembaca untuk mengenal ketiganya. Abdul Majid, SH termasuk wajah baru dalam dunia pemilu, khususnya di Kabupaten Bireuen. Sebelum masuk Panwaslu, beliau aktif sebagai FK di beberapa Kecamatan pada program PPK (sekarang sudah terintegrasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan). Namun sejauh yang saya kenal, beliau mempunyai talenta. Selanjutnya adalah Amiruddin, SE. Alumnus STIEI Banda Aceh ini termasuk pria berprestasi ketika menjadi Mahasiswa. Selain aktif dalam beberapa organisasi, yang bersangkutan juga pernah tercatat sebagai Mahsiswa FKH Unsyiah angkatan 1992.
Beliau juga wajah baru dalam dunia pemilu, namun dengan berbekal pengalaman di lapangan sebagai insan pers (mantan Wartawan Hr.Perintis dan sekarang Wartawan Hr.Waspada), akan sangat membantu pekerjaan sebagai Anggota Panwaslu.
Terakhir adalah Mursal Ridha, SE. Bagi pelaku dan pegiat demokrasi di Bireuen, rasanya tidak ada yang tidak mengenal lelaki ini. Lelaki yang akrab disapa Dekgam adalah mantan Anggota KPU Bireuen periode 2003-2008. Bersama-sama dengan Drs.A.Aziz Mansoer, Mukhlis Aminullah, Mukhtaruddin dan Ir.Ridwan, yang bersangkutan telah berhasil menyelenggarakan 5 (lima) kali Pemilihan di Bireuen, termasuk Pilkada yang mengantarkan Nurdin Abdul Rahman sebagai Bupati Bireuen sekarang. Diharapkan dengan berbekal pengalaman tersebut, proses pengawasan Pemilu 2009 akan berjalan lancar.

Itulah secara ringkas tentang Panwaslu Bireuen. Marilah kita beri dukungan agar mereka bertiga dapat bekerja maksimal agar proses Pemilu di Kabupaten Bireuen berjalan dengan lancar.

SELAMAT BEKERJA, SEMOGA SUKSES....!!

Kamis, 12 Februari 2009

KRITERIA CALEG PILIHAN...


Menjelang pemungutan suara Pemilu 2009 pada 9 April, apa yang ada dalam benak Anda, khususnya dalam menentukan pilihan ? Pasti jawabannya beragam. Bagi Anda yang terdaftar sebagai Caleg partai tertentu, pasti berharap masyarakat akan memilih Anda....

Lain lagi dengan pikiran orang terlanjur kecewa dengan kinerja Pemerintahan (baik terhadap Pemerintah Pusat, maupun terhadap Pemda). Pemungutan suara adalah sia-sia.... Karena mereka berpikir ; siapapun yang terpilih, toh nasibnya tetaplah tidak berubah. Kalau dia Penarik Beca, ya tetaplah Penarik Beca. Tidak akan jadi Juragan beca setelah Pemilu. Begitupun dengan Penjual sayur, habis Pemilu ya tetap juga Penjual sayur....(malah status sosial lebih merosot lagi; jadi ayam sayur).
Bagi masyarakat ''wong cilik'' ada Pemilu atau tidak, bukan urusannya. Paling, hanya sebahagian masyarakat saja yang ''pintar'' memanfaatkan situasi yaitu dengan menjadi pendukung bagi Partai atau Kandidat tertentu dengan harapan akan mendapat sekarung beras pada hari itu. Lain tidak....! Toh, mendukung bukan berarti memilih...dalam bilik suara sempit milik KPU tsb, siapa yang tau pilihannya...

Tulisan saya pada alinea pertama di atas memang terkesan agak berlebihan. Namun sebenarnya tidak...! Apa yang sudah saya paparkan secara ringkas sebagai pembuka tulisan kali ini adalah kenyataan di lapangan. Dan pada kesempatan ini saya mengajak Pembaca, agar tidak menambah daftar ''masyarakat yang apatis terhadap Pemilu''.
Konon lagi, beberapa waktu yang lalu MUI telah mengeluarkan Fatwa haram Golput. Sebagai Warga Negara yang baik marilah kita gunakan Hak Pilih dengan berpikir Positif. Tentu saja tidak semua Partai atau Caleg dapat kita berikan Stigma negatif. Masih ada Partai atau Caleg yang mempunyai kualitas dan pantas untuk dipilih. Banyak juga figur Caleg yang pantas kita pilih jadi Pemimpin..... Tinggal saja bagaimana cara kita (masing-masing) menilai orang yang pantas kita pilih. Bisa saja dengan melihat track record atau rekam jejak perjalanan hidupnya selama ini. Atau bisa juga dengan menilai intelektualitasnya. Banyak cara, tergantung mana kita pilih.
Anda pasti sudah mengenal Caleg tersebut....bukan? Silahkan saja luangkan waktu untuk sesekali jalan-jalan sore dengan keluarga, Anda akan sangat gampang menemukan Calon pilihan. Foto dan slogan mereka banyak bertebaran diseluruh wilayah Bireuen. Ada foto yang ''menjual'' masa lalu. Ada yang ''menjual'' foto Presiden. Banyak dan tinggal pilih, seperti Anda ke Pasar ikan....

Namun demikian, sebagai Muslim, kita tentu tidak cukup menilai para Caleg sebatas kriteria umum saja. Karena Anggota Dewan juga merupakan Pemimpin, dalam menilainya kita harus menilai juga dengan kriteria Agama. Kriteria Pemimpin antara lain :

Kriteria pertama adalah seorang Pemimpin yang kita pilih haruslah seorang bersungguh-sungguh menjaga diri menjadi orang yang hidup benar di jalan Allah (shiddiq). Yang kedua adalah harus benar-benar memiliki kemampuan menjaga amanah.

Dalam Alquran Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan, "inni lakum rasuulun amiin", sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang tepercaya bagimu. Al Amin adalah orang yang amanah, tepercaya, dan bertanggung jawab. Siapapun yang menjadi pemimpin hendaklah bertanya, "Apakah saya dipercaya atau tidak oleh orang yang saya pimpin?

Setiap orang merasa ragu kepada kita, maka kesediaan mereka untuk mematuhi apalagi berkorban menjadi minimal. Semakin banyak keraguan semakin tidak efektif dalam memimpin. Bagaimana agar orang percaya dan tidak ragu kepada kita? Pertama, pemimpin yang amanah adalah orang yang menjadi kuburan bagi aib orang lain, bukan yang sering membeberkan kekurangan karyawannya, apalagi membeberkan kekurangan anggotanya.

Makin banyak membeberkan rahasia dan kekurangan orang lain, makin jatuh kredibilitasnya. Berhati-hatilah terhadap orang yang sering menceritakan aib orang lain karena jika ia berani menceritakan aib-aib orang lain kepada kita, apa sulitnya dia menceritakan aib kita kepada orang lain. Kedua, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji. Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang diberi janji biasanya tidak akan lupa. Pemimpin yang amanah bisa dilihat dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu ditepati.

Berhati-hatilah terhadap calon pemimpin yang mudah mengobral janji. Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung dipercaya. Jika akan memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa memberikan janji. Setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggungjawabkannya atau tidak. Setiap pejabat tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali tugasnya. Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut 'Demi Allah'. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak mampu mempertanggungjawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi jalan kehinaan bagi dirinya. Terlebih lagi masyarakat kita sekarang sudah semakin kritis. Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka bantingannya akan semakin meremukkan.

Oleh karenanya jangan tamak dengan kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan tanggung jawab. Ketiga, pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab terhadap setiap perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak ada keraguan, tidak meremehkan waktu walau sedetikpun, karena detik juga berharga (telat sedetik, semenit, sejam, semuanya sama saja yaitu telat), jika jual beli pantang mengambil hak orang lain. Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak berhasil membangun keluarganya dengan baik.

Tidak sedikit pejabat yang terjatuh akibat istrinya tidak dibina dengan baik. Oleh karena itu didiklah keluarga, istri, dan anak-anak kita. Jika tidak, maka kita bisa jatuh oleh istri dan anak-anak kita sendiri.

Firman Allah dalan Alquran:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang." (QS At Taghaabun [64]:14).

Oleh karenanya bersungguh-sungguhlah membina rumah tangga karena Yang Maha Agung mengaruniakan kepada kita sifat amanah.

Pembaca, mudah-mudahan dengan uraian ringkas di atas menambah wawasan kita. Mari kita dukung agar proses Pemilu berjalan dengan sukses.

Salam,
mukhlis aminullah
Ketua Forum Pemuda Peduli Demokrasi