Yerussalem……
Apa yang ada di benak anda bila disebutkan kata di atas…? Saya yakin anda akan menyatakan bahwa itu adalah salah kota
Namun pada kesempatan ini saya tidak akan menulis tentang politik dunia yang salah satu masalah pokoknya adalah masalah Israel-Palestina. Saya akan mengajak anda, pembaca, untuk mengingat Yerussalem dalam nuansa Islam, atau tepatnya nuansa sejarah Islam.
Allah SWT berfirman;
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: Al Israa:1).
Yerussalem pun bertambah istimewa, lantaran di
Tahta kerajaan Nabi Daud lalu digantikan Nabi
Haekal atau Baitallah itu menjadi tempat beribadah umat Yahudi pertama yang indah dan megah. Di tengah Haekal itulah terdapat sebuah batu hitam bernama Sakhrah Muqaddasah. Berlandaskan batu itulah, Rasulullah SAW melanjutkan mikraj menghadap Sang pencipta untuk menerima perintah menjalankan shalat.
Pasukan Babilonia menguasai Yerusalem setelah merebutnya dari orang Yahudi. Di bawah kendali dan perintah Raja Babilonia, Nebukadnezar bangunan Haekal dihancurkan. Pada masa itu, Yerusalem terlarang bagi orang Yahudi. Ketika kekuasaan diambil alih Kerajaan Parsi, orang Yahudi kembali bisa memasuki
Umat Yahudi pun kembali diizinkan membangun kembali Haekal atau Baitallah yang telah luluh lantak. Bangunan Baitallah yang kedua itu dibangun pada masa kepemimpinan Herodus Yang Agung. Setelah itu, Yerussalem jatuh ke tangan Kerajaan Romawi. Pada masa itu, orang Yahudi melakukan pemberontakan. Lagi-lagi, Haekal atau Baitallah itu diratakan dengan tanah oleh tentara Romawi.
Kaisar Romawi memerintahkan supaya Yerussalem dibangun kembali. Di
Yerussalem memasuki babak baru ketika tentara Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab mulai melakukan ekspansi pertama. Umar memerintahkan jenderal perang Muslim, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menaklukan kepongahan Kerajaan Bizantium. Pada 638 M, Yerussalem dapat ditaklukkan tentara Muslim beserta kota-kota lainnya seperti Mesir, Suriah, Damaskus hingga Maroko.
Secara pribadi, Umar bin Khattab datang langsung ke Yerussalem untuk menerima penyerahan
Umar mendapati tempat itu dalam kondisi kotor. Ia lalu memerintahkan agar tempat itu dibersihkan. Khalifah pun membangun sebuah masjid kayu di tempat yang sekarang merupakan kompleks bangunan Masjid Al-Aqsa. Setelah itu, pemerintahan Umar membangun Kubah Sakhrah atau yang kemudian dikenal sebagai Kubah Umar.
Di bawah kepemimpinan Umar, kebebasan menjalankan ibadah dihormati. Toleransi antar umat beragama begitu harmonis. Setiap pemeluk agama bisa menjalankan ibadahnya sesuai agama dan keyakinannya secara tenang dan aman. Tak heran, jika kepala rahib Yerusalem amat berterima kasih kepada tentara Islam yang telah membebaskan mereka dari penindasan Bizantium.
Di bawah kekuasaan Islam, Yerusalem tumbuh begitu pesat. Selain di era Khulafa Ar-Rasyidin, pada masa pemerintahan kerajaan Ummaiyyah (650-750) dan kerajaan Abbasiyyah (750-969),
Sayangnya kerukunan umat beragama di
Umat Islam, Yahudi, dan bahkan Kristen pun dibantai tentara Perang Salib. Tentara Perang Salib ternyata tak bisa membedakan orang Kristen yang tinggal di Yerussalem. Di Yerussalem pun lalu munculah kerajaan Kristen pertama dan Godfrey menjadi raja perdananya. Umat Islam kembali berhasil merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M di bawah komando pahlawan perang Islam, Salahuddin Al-Ayubi.
Kedamaian kembali tercipta di tanah Yerussalem. Tak ada pembantaian dan semua umat beragama bebas menjalankan keyakinannya. Namun pada tahun 1243, Yerussalem jatuh kembali ke tangan tentara Salib. Pada tahun 1517, Yerussalem kembali dikuasai Kerajaan Turki Utsmaniyyah. Yerussalem akhirnya terlepas dari genggaman kekuasaan umat Islam setelah Turki kalah dalam Perang Dunia I.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Yerussalem
Sebelum Perang Salib meletus, Yerussalem berada da lam masa kejayaan.
Seorang pelancong Muslim, Nasruddin Khusraw pada tahun 1047 M sempat bertandang ke Yerussalem. Ia mencatat, Yerussalem telah mencapai kemajuan beberapa dekade sebelum berkecamuk nya Perang Salib. Menurut Nasruddin, pada era itu Yerussalem begitu makmur. Harga barang-barang begitu murah. Kotanya juga begitu indah berhiaskan pasar nan cantik dan gedung-gedung yang tinggi.
Menurut Nasruddin, Yerussalem sudah memiliki sederet seniman dan setiap hasil karyanya memiliki pasar tersendiri. Jumlah penduduk
Nasruddin juga menuturkan, di
Beberapa madrasah yang ber diri di Yerussalem itu antara lain, Madrasah Farisiya yang dibangun Emir Faresuddin Albky. Selain itu ada pula Madrasah Nahriye, Nassiriya, Qataniya, Fakriya, Ba la diya dan Tankeziya. Sejumlah wanita asal Turki berada di belakang pembangunan madrasah-madrasah yang berada di sekitar Al-Aqsa.
Menjamurnya madrasah di se kitar Al-Aqsa menandakan aktivitas perkembangan ilmu pengetahuan begitu menggeliat di Yerussalem pada masa kejayaan Islam. Pada abad ke-11 M, di bawah kekuasaan Dinasti Seljuk beragam aktivitas kebudayaan berkembang di Yerussalem. Sejumlah sarjana dari Barat dan Timur bertandang dan menetap di
Beberapa ilmuwan yang ikut mengembangkan aktivitas kebudayaan dan ilmu pengetahuan itu antara lain; Sha’afiite Nasir bin Ibrahim Al-Maqdisi (1096) yag mengajar di madrasah Nassriyya; Ata al-Maqdisi (Abu’l Fadl); serta Al-Rumali. Abu’l Farradj Abd Al- Waheed juga ber mukim di Yerussalem untuk menyebarkan Madzhab Hanbali di Yerussalem. Dia menulis Kitab al- Djawaher yakni tafsir Alquran.
Selain itu, beberapa ulamalainnya yang tinggal di Yerusalem seperti Abu Fath Nasr, pengarang sejumlah karya. Abu’l Maaly Al-Mucharraf merupakan ilmuwan besar Yerussalem yang menulis kitab Fadail al-Bayt Al-muqaddas wa Asakh ra. Kitab itu mengupas tentang
Kubah Batu, Saksi Kejayaan Islam
Masjid berkubah pertama itu berada di tengah kompleks Al-Haram asy-Syarif yang terletak di sebelah timur di dalam Kota Lama Yerussalem (Baitul Maq dis). Masjid itu berkubah keemasan. Sedangkan Masjid Al-Aqsa yang berkubah biru berada pada sisi tenggara Al-Haram asy-Syarif menghadap arah kiblat (
Adalah Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang memprakarsai pembangunan Kubah Batu pada tahun 66 H/685 M dan selesai tahun 72 H/691 M. Pembangunan masjid itu sepenuhnya dikerjakan dua orang arsitek Muslim yakni Raja’ bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem. Keduanya dari Palestina.
Bangunan Kubah Batu terdiri dari tiga tingkatan. Tingkatan pertama dan kedua tingginya mencapai 35,3 meter. Secara keseluruhan, tinggi masjid itu mencapai 39,3 meter. Keadaan ruang di dalamnya terdiri tiga koridor yang sejajar melingkari batu (sakhrah). Koridor bagian dalam merupakan lantai thawaf yang langsung mengelilingi batu seperti tempat thawaf di Masjidil Haram.
Bentuk kubahnya banyak di pengaruhi arsitektur Bizantium. Sejarawan Al-Maqdisi menuturkan bahwa biaya pembangunan masjid itu mencapai 100 ribu koin emas dinar. Di dalam masjid itu terdapat batu atau sakhrah berukuran 56 x 42 kaki. Di bawah sakhrah terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5 meter x 4,5 meter dan tingginya 1,5 meter.
Di batu tersebut Nabi Muhammad SAW melakukan mikraj dan sebagai saksi peristiwa tersebut maka dibangunlah Kubah Sakhrah di atasnya. Menurut literatur Islam, nilai kesucian sakhrah sama dengan Hajar Aswad (batu hitam). Di dalamnya dipenuhi ukiran-ukiran model Bizantium. Selain itu juga terdapat mihrab-mihrab besar yang jumlahnya mencapai 13 buah.
Mukhlis Aminullah, peminat sejarah Islam