Senin, 07 September 2009

SAHABAT LAMA

Sahabat...! Itulah tema yang yang ingin saya tulis kali ini. Saya ingin menyampaikan pada rekan-rekan pengunjung, betapa pentingnya keberadaan sahabat bagi kita. Dan saya ingin berbagi kebahagiaan, hari ini komunikasi dengan dua sahabat lama, telah terjalin kembali. Mereka jauh disana, berada di bagian Selatan pulau Sumatera.

Betapa berartinya seorang sahabat dalam hidup kita. Saya sendiri sangat merasakan keberadaan seorang atau beberapa orang sahabat selama beberapa fase hidup saya. Selama 8 (delapan) tahun di Banda Aceh, saya mempunyai sahabat setia yang sampai sekarang hubungan kami masih terjalin. Beberapa diantaranya telah berpulang, pergi menghadap Ilahi saat bencana tsunami. Pada fase berikutnya selama lebih kurang 5 (lima) tahun di Kota Jambi, saya juga mempunyai beberapa sahabat, yang keberadaannya disekeliling saya, turut "mempengaruhi" perjalanan hidup saya. Begitupun selama bergaul di Bireuen, tentu ada beberapa orang yang tidak pernah putus silaturrahmi dengan kami sekeluarga.

Namun kali ini saya ingin lebih menekankan tentang keberadaan sahabat yang jauh dari kota tempat kami tinggali. Di Malaysia, beberapa diantaranya malah sudah seperti keluarga sendiri. Sedangkan di Jambi dengan sebagian teman masih terjalin silaturrahmi, setidaknya via telfon atau saling mengirimi kabar via email. Alhamdulillah.... kemajuan teknologi sangat membantu!
Disisi lain, saya yang kehilangan kontak dengan beberapa sahabat. Saya sudah berusaha "melacak" keberadaan mereka, tapi selalu tidak pernah dapat informasi. Saya ingat, ada Agus (teman diskusi yang mengasyikkan, semua topik dikuasai), ada Hirlistuti, ada Dewi Lestari, Sabar, Joko dan Iskandar. Tentu saja saya tidak melupakan mereka yang sama-sama terlibat dalam wadah SPSI. Karena keberadaan mereka semua telah membantu saya dalam menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dengan mereka, saya bukan hanya mengalami perkembangan secara psikologis, tapi juga spritual.

Sekitar awal tahun 2008 saya sempat dua kali mengirim "surat pembaca" ke koran Jambi Independent dan Jambi Ekpress, dengan harapan surat saya dimuat dan terbaca oleh sahabat-sahabat saya. Pada awal tahun 2009 saya juga menempuh cara yang sama, yaitu mengirim surat ke koran-koran terbitan Jambi. Selain itu saya coba juga mencari keberadaannya via teman yang ada kontak dengan saya. Semua nihil... tidak berhasil.
Saya juga menulis tentang mereka di blog ini, dengan harapan keberadaan saya terlacak oleh mereka. Gagal juga....!

Nah, tadi pagi-pagi sekali, setelah Subuh tentunya, saya coba-coba berselancar di dunia maya, saya cari nama-nama mereka di Google. Bermacam cara, saya tambahkan alamat terakhir mereka, tempat kerja terakhir mereka dan apapun info yang saya ingat, saya ketik.... Saya cari Dewi Lestari, yang muncul malah si Dee yang penyanyi dan pengarang itu, penulis Supernova. Akhirnya muncul nama Hirlistuti dengan alamat Palembang, tepatnya sebagai Koordinator Operasional Klinik Anak Autis TESTE. Saya bertambah yakin, inilah teman saya, karena sekitar tahun 2004 dianya bekerja di Klinik yang sama di Lebak Bandung, Kota Jambi. Kemudian saya hubungi sebuah nomor telfon, ternyata salah sambung. Saya tidak putus asa, kemudian saya coba hubungi Pusat layanan informasi Telkom Palembang, dengan maksud menanyakan nomor telfon sesuai dengan alamat yang sudah saya catat. Seterusnya saya coba hubungi dan..... tersambung!!! Karena ybs belum masuk kerja, saya titip pesan pada anak buahnya (barangkali, karena dari nada di telfon, penerima telfon amat menghormati ybs).

Akhirnya sekitar jam 10 pagi, Tuti telfon saya... dia kaget, sudah lima atau enam tahun tidak mendapati kabar dari saya, akhirnya bisa berkomunikasi kembali......
Suhanallah...! saya juga sangat gembira, untuk kemudian terlibat obrolan panjang sampai satu jam. Yang menggembirakan, dia sudah married dan punya seorang anak. Lagi, dia sekarang juga jadi kader PKS di sana. Akhwat. Juga dia sedang menyelesaikan program Master Psikologi. Saya tidak bisa menggambarkan suasana hati saya, selain bersyukur bisa bertemu kembali, walau hanya via telfon. Mengalirlah semua cerita tentang "perjalanan" selama lima atau enam tahun, baik tentang karir maupun soal keluarga serta juga sekilas cerita tentang teman-teman lain di Jambi.
Juga tentang kekhawatiran sahabat-sahabat di Jambi terhadap keberadaan kami sekeluarga di Aceh. Mereka sempat menganggap kami sudah ikut jadi korban tsunami. Walaupun tidak berharap demikian...

Sore itu juga saya coba hubungi Tari di Jambi, yang kata Tuti sekarang juga jadi kader PKS di Kota Jambi. Subhanallah.... akhirnya tersambung juga komunikasi dengannya. Bagaimana perasaan saya? Tidak sanggup saya gambarkan, betapa senangnya. Tari juga udah ada yang pimpin dan sekarang sudah bertambah momongan, jadi empat anak. Khusus mereka berdua (Tuti dan Tari), ada catatan tersendiri. Saya mencatat, mereka adalah dua orang yang sangat haus akan ilmu agama. Dulu mereka seringkali terlibat diskusi soal agama dengan saya di waktu senggang, baik di tempat kerja maupun di luar. Saya sebenarnya bukan ahlinya, namun berdiskusi dengan mereka, saya rasakan membawa pengaruh positif untuk untuk saya pribadi. Mudah-mudahan juga ada pengaruhnya kepada mereka berdua...

Dan ketika saya harus pulang kampung untuk mengabdi di Aceh, dulu, saya sangat merasa kehilangan. Bukan hanya kehilangan mereka saja, tapi kehilangan sahabat-sahabat yang lain, kehilangan Jambi..., kehilangan sungai Batanghari...
Tuti dan Tari memberi saya jam dinding, buku puisi dan lagu Katon Bagaskara serta buku Antologi puisi Kahlil Gibran, Sang Nabi. Sampai sekarang masih saya simpan dengan baik, sebagai kenang-kenangan yang sangat berarti.
Bukan pemberian sahabat lain tidak saya kenang, namun kumpulan buku Kahlil Gibran punya nilai lebih karena saya adalah pengagum Sang Penyair Lebanon tersebut.

Sahabat...! Begitu berartinya mereka bagi kita. Mudah-mudahan hubungan ukhuwah yang mulai terjalin kembali kali ini tidak terputuskan lagi. Dan saya berharap, bisa bersua kembali dengan beberapa sahabat yang lain. Kami bermimpi, suatu saat akan berkunjung ke Jambi. Saya sangat merindukan duduk di tepian sungai Batanghari pada waktu sore-sore menjelang matahari tenggelam. Saya rindu juga pada empek-empek, walau tidak doyan sekali...

Sahabat... Saya berdo'a semoga mereka menjadi teladan bagi anak-anaknya, menjadi isteri sholihah dan dapat membina keluarga sakinah. Selain itu, kebaradaan mereka bermanfaat bagi orang lain melalui jalan dakwah. Insya Allah.

Mukhlis Aminullah