Rabu, 11 November 2009

KEBERKAHAN HARTA


Kaya…! Saya pikir tidak ada orang yang tidak ingin kaya. Semua orang menginginkan kaya, dan itu adalah wajar, sehingga orang berlomba-lomba mencari kekayaan. Bekerja siang dan malam, tanpa mengenal waktu istirahat. Ada orang yang mencari kekayaan dengan cara yang halal dan diridhai oleh Allah SWT, namun tidak sedikit yang mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak halal. Segala macam cara ditempuh agar menjadi kaya, tidak peduli cara-cara tersebut telah merugikan pihak lain. Yang penting kaya. Dan dalam masyarakat kita yang sudah mulai pudar nilai-nilai luhuriah, orang kaya akan lebih dihormati daripada orang alim atau ulama ataupun cendekiawan ataupun seorang pemimpin. Sehingga kalau orang sudah kaya, seakan sudah memiliki semuanya, baik itu harta maupun “kehormatan” semu.

Padahal sesungguhnya, kekayaan yang Allah SWT berikan kepada manusia merupakan titipan sementara. Sebagian manusia mendapatkan titipan itu dengan jumlah yang besar dan sebagian yang lain mendapatkannya dengan jumlah kecil. Namun, menurut ajaran Islam, keberkahan harta benda itu tidak ditentukan oleh besaran jumlahnya, melainkan bagaimana harta itu bernilai bagi manusia. Untuk mendapatkan keberkahan terhadap harta kita, haruslah dibarengi dengan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan Islam yaitu antara lain.

Pertama, syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya.
Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim ayat 7).

Kedua, silaturahim. Amalan ini merupakan upaya menyambung tali persaudaraan antar sesama manusia: merajut dan memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Muslim) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Praktik ini dapat melapangkan rezeki dari Allah.
Abu Hurairah RA menyampaikan sebuah hadis Nabi SAW yang berkaitan dengan hal ini, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali kekerabatan (silaturahim).” (HR Bukhari).

Ketiga, menafkahkannya di jalan Allah. Berkembangnya harta dipengaruhi juga oleh faktor di mana ia dibelanjakan.
Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah Mahaluas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 261).

Keempat, senantiasa melakukan kebaikan. Segala kebaikan akan kembali kepada pelakunya. Kebaikan itu akan membuahkan keberkahan dan kebahagiaan. Dalam Alquran, dijelaskan, “Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu.” (QS Al-Isra’ ayat 7).

Kelima, berzakat dan bersedekah. Zakat dan sedekah akan membersihkari harta seseorang karena di dalamnya terdapat hak orang lain.
Allah berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya, doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At Taubah ayat 103).

Itulah lima amalan yang akan mendatangkan keberkahan harta kekayaan. Semoga Allah menurunkan keberkahan-Nya dari langit dan bumi melalui harta kekayaan yang kita miliki.

Seliain kelima hal tersebut di atas, ada hal lain yang harus menjadi catatan kita yaitu harta kekayaan seseorang akan berkah jika pemiliknya mendapatkannya dengan jalan yang benar. Kalau harta didapatkan dengan cara yang tidak halal, bukan hanya akan membawa manusia ke neraka, namun juga akan mendapat malapetaka di dunia.. Betapa banyak kita melihat contoh di sekeliling kita, kejadian-kejadian yang dialami saudara-saudara kita. Ketika anak orang miskin sakit, Insya Allah hanya dengan obat yang dijual di kaki lima seharga Rp 5.000,- sudah cukup membuat si anak sembuh dari sakitnya. Ketika anak seorang pengusaha sakit, baru sembuh setelah diobati pada dokter terkenal dengan harga tebusan obat yang mahal. Contoh lainnya adalah betapa banyak anggota keluarga dari para pejabat kita, yang digerogoti bermacam penyakit (yang aneh-aneh) dan harus diobati pula ke Penang. Setelah menguras isi kantong sendiri (maupun uang rakyat---garansi sebagai Pejabat publik), ternyata penyakitnya tidak sembuh. Sementara rakyat jelata, yang hidup miskin (tidak punya kesempatan korupsi), tidak mengalami sakit yang aneh-aneh. Memang, kita tidak boleh mengalogikan demikian, karena setiap penyakit datangnya dari Allah dan setiap kesembuhan juga datangnya dari Allah. Namun sebagai peringatan bagi kita, agar selalu mencari harta yang halal, mengingat cintoh-contoh yang saya sbutkan di atas, tentu tidak salah.

Mudah-mudahan tulisan di atas menjadi bahan renungan bagi saya sendiri maupun bagi orang lain. Terima kasih.
Wallahu’alam.....

Mukhlis Aminullah, berdomisili di Samadua.