Minggu, 15 November 2009

"SURAT SAYANG DARI ALLAH"


Terus terang saja, dalam sebulan terakhir saya sibuk dengan pekerjaan. Ada saja tugas yang harus saya selesaikan, sepulang Pelatihan Slicing 2 akhir bulan lalu. Mulai dari membuat laporan, Rakoor bulanan, Pelatihan UPK, mengunjungi gampong dan persiapan pencairan dana gampong, sehingga kadang-kadang untuk shalat berjama'ah saya terabaikan. Astaghfirullah....!

Sampai kemarin saya menemukan sebuah "peringatan" di laptop saya. Alhamdulillah, bukan peringatan dengan bencana dari Allah ataupun dicabut kenikmatan yang selama ini saya dapatkan, namun dengan sebuah surat yang pernah saya download dari internet, yang entah kapan... Judulnya adalah "Surat Sayang dari Allah" yang berasal dari Tarbawi Comunity. Kalimat demi kalimat dari surat itu saya hayati sampai saya tersadar bahwa dalam beberapa waktu terakhir ada yang "hilang" pada diri saya. Dan saya tentu saja harus segera "mengembalikannya". Terima kasih pada Tarbawi Comunity, dan izinkan saya menulis kembali surat tersebut, dengan harapan menjadi bacaan yang bermanfaat bagi orang lain.

SURAT SAYANG DARI ALLAH

Dari : Tarbawi Community

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu
Berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun
hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur
kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin .......

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi bekerja
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU
tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti
dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk .........

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama
lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU
Melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir
engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari
ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk
mendengarkan kabar terbaru

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU
menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua
kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk
mengucapkan sesuatu kepadaKU

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang
sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk
berbicara kepadaKU
itulah sebabnya mengapa engkau
tidak menundukkan kepalamu
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut
namaKU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU
berikan, tetapi engkau tidak melakukannya ........
masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap
engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun
saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan
banyak hal yang harus kau kerjakan

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV
engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya
tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan
Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV
menikmati makananmu
tetapi
kembali kau tidak berbicara kepadaKU ...

Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu
kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKU, kau sebut.
Engkau menyadari bahwa
AKU selalu hadir untukmu.
AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar
terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu
setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau syukur dari hatimu.

Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali dan
kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku
sedikit waktu untuk menyapaKU ...
Tapi yang KU tunggu ...
tak kunjung tiba ...
tak juga kau menyapaKU.

Subuh ...
Dzuhur ...
Ashyar ...
Magrib ...
Isya dan
Subuh kembali
kau masih mengacuhkan AKU ...
tak ada sepatah kata
tak ada seucap do'a, dan
tak ada rasa
tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU ...
Apa salahKU padamu ...
wahai hamba-KU?????
Rizki yang KU limpahkan,
kesehatan yang KU berikan,
harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan
anak-anak yang KUrahmatkan
apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU !

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan
AKU tetap berharap suatu saat
engkau akan menyapa KU,
memohon perlindungan KU,
bersujud menghadap KU ...
Yang selalu menyertaimu setiap saat ...

Mudah-mudahan dengan surat tersebut di atas akan menjadi salah satu bahan renungan untuk kita semua, dan terutama bagi saya sendiri sebagai hamba Allah yang sangat banyak kekurangan. Mari kita do'akan agar kita selalu di jalan yang benar.

Mukhlis Aminullah, berdomisili di Samadua.

TIDAK TRANSPARAN


Apa kabar kawan-kawan ? Saya sudah lama tidak menulis. Kesibukan pekerjaan membuat saya kurang mood untuk menulis. Bukan tidak mencoba, bahkan saya sering lama-lama duduk di depan layar laptop, namun selalu tidak tuntas...

Dalam minggu ini saya punya pengalaman baru yang ingin saya angkat. Minggu ini, saya mengunjungi gampong-gampong di Samadua dan menemukan beberapa persoalan di sana. Bukan soal kunjungan yang ingin saya tulis, karena saya memang sudah sering ke gampong-gampong, sesuai dengan tugas saya, namun lebih kepada beberapa persoalan yang terjadi.

Di beberapa gampong yang saya kunjungi, banyak pertanyaan dari tokoh masyarakat maupun dari perangkat gampong tentang program BKPG dan ADG, yang seharusnya tidak perlu ditanyakan. Namun karena tidak terbangun "komunikasi yang baik" antara beberapa masyarakat dengan para pengambil kebijakan di gampong, maka timbul pertanyaan, yang kalau tidak segera ditangani akan menjadi sebuah "persoalan"...

Hal-hal yang ditanyakan umumnya tentang keuangan gampong (desa), tentang program BKPG, tentang ADG, dll sebagainya. Seandainya di gampong semua informasi disampaikan dengan baik melalui "papan informasi" tentu saja tidak timbul "pertanyaan" yang menjurus pada pembentukan opini bahwa ada yang kurang diketahui masyarakat terkait berbagai kebijakan. Nah tugas kami sebagai Fasilitator adalah menfasilisitasi berbagai masalah tersebut agar segala sesuatu berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kesimpulan yang bisa dipetik dan menjadi pelajaran adalah dengan tidak transparannya segala kebijakan yang kita ambil, akan membawa ketidaknyamanan bagi pihak lain. Dan tentu saja selanjutnya akan berkembang menjadi beragam "persoalan" yang akan menjadi bom waktu, yang sewaktu-waktu akan meledak. Dan pengalaman seperti yang saya sebutkan di atas, menjadi semacam peringatan dan selanjutnya saya menyampaikan pada gampong-gampong lain yang belum saya kunjungi. Bahwa; agar timbul rasa saling percaya, baik antara perangkat gampong dengan masyarakat mupun antara pemimpin gampong dengan perangkat gampong lainnya, segala kebijakan yang diambil haruslah berdasarkan musyawarah dan mufakat. Dan hasilnya haruslah disampaikan pada khalayak ramai dengan menjunjung tinggi azas transparansi....!

Mudah-mudahan pengalaman ini menjadi pelajaran juga bagi kami.

Mukhlis Aminullah