Minggu, 22 November 2009

BERHENTI MEROKOK


Pada kesempatan kali ini saya ingin menulis tentang Rokok. Atau tepatnya adalah merokok. Mudah-mudahan bukan bermaksud menyinggung perasaan kawan-kawan saya yang perokok, namun lebih kepada berbagi pengalaman.

Ya, benar..,pengalaman saya tentang rokok. Saya dulunya adalah seorang perokok. Walau belum termasuk katagori perokok berat, namun menghabiskan sebungkus rokok putih sehari adalah kebiasaan saya, dulu! Rokok mulai saya kenal sejak saya masih di Sekolah Dasar, namun merokok baru saya lakoni ketika menjadi Mahasiswa di Banda Aceh. Sampai saya selesai kuliah kemudian bekerja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta di Jambi, kebiasaan saya masih sulit dihilangkan. Selalu ada saja alasan ketika Ibu saya maupun isteri (ketika sudah berkeluarga) menasehati agar saya menjauhi sekumpulan gulungan tembakau tersebut. Tidak juga ketika isteri saya mengandung anak pertama maupun kedua, walaupun saya menyadari benar-benar bahwa merokok ataupun efek dari asap rokok berbahaya bagi ibu hamil. Saya kebal dengan berbagai nasehat tersebut, dulu!
Sekarang saya tidak merokok lagi alias bukan perokok...! Sejak tahun 2007 saya mulai menyadari bahwa rokok tidak baik bagi kesehatan. Saya mulai tersadarkan, sehingga mulai bulan Ramadhan 1428 H kebiasaan itu pelan-pelan mulai bisa saya hilangkan, walau tidak sepenuhnya. Tentu saja malam hari, karena kalau siang memang kita berpuasa. Selanjutnya setelah Idul Fitri 1428 H, saya mengikuti kajian demi kajian agama, dan ternyata merokok lebih banyak akibatnya daripada manfaatnya.

Adalah Dewa Abdullah, seorang teman akrab saya di Kota Juang, yang kebetulan ianya adalah seorang kader PKS di Bireuen, yang "memarahi" saya untuk berhenti merokok. Berhenti selamanya. Pada suatu kesempatan di akhir tahun 2007, kami terlibat obrolan panjang tentang berbagai hal, terutama soal politik. Seperti biasa, obrolan dengannya selalu "panas" karena ybs memang tipe-nya sangat serius. Tanpa sengaja, obrolan berlanjut soal rokok. Ketika dilihatnya saya masih membakar rokok kretek (bukan rokok putih) dengan spontan ianya "memarahi" saya atau katakanlah menceramahi saya. Mulai alasan kesehatan sampai alasan agama. Sampai-sampai ybs mencontohkan dirinya, masa lalunya. Dia punya tekad, sehingga bisa berhenti dan bebas asap seperti sekarang.

Tekad...! Ya, tekad-lah yang bisa menghantarkannya berubah. Kalau kita memiliki tekad, semua bisa kita jangkau, seizin Allah SWT. Kalau kita punya tekad naik haji, Insya Allah dengan keseriusan, kita akan bisa naik haji suatu saat, walaupun pekerjaan kita serabutan. Apalagi hanya tekad berhenti merokok. Kalau sudah bertekad berhenti, pasti bisa berhenti. Dan itulah yang saya lakukan, mulai tanggal 1 Januari 2008, beberapa hari setelah bertekak urat leher dengan seorang Dewa Abdullah, yang juga Ketua Dewan Kesenian Bireuen, Aceh.
Pada beberapa kesempatan berikutnya, beberapa teman saya suka mencandai saya dengan menghadiahkan rokok sampai satu lusin (12 bungkus) untuk melihat kekokohan tekad saya. Dan, Alhamdulillah, sampai saat ini, hampir dua tahun saya tidak lagi membakar tembakau.

Saya tidak ingin "memaksa" teman-teman berhenti. Namun sebagai teman, saya harus mengingatkan bahwa merokok sangat berbahaya dari sisi kesehatan. Konon lagi, Majelis Ulama Pusat telah memfatwakan bahwa merokok haram hukumnya. Terlepas masih ada perbedaan pendapat, dan dapat dibuktikan dengan banyaknya ulama yang lain masih merokok, namun pikirkanlah untung rugi-nya dengan penuh kesadaran. Tidak perlu berhenti mendadak, kalau itu susah. Namun cobalah dengan tekad, bahwa Anda harus berhenti merokok, pelan-pelan sampai suatu saat benar-benar bebas rokok.
Saya yakin dengan tidak merokok, Anda tetap maskulin..., malah Anda akan tetap maskulin di depan isteri Anda (umumnya isteri yang "normal" tidak suka suaminya merokok). Anda juga dapat menghemat uang belasan ribu sehari, dan uang itu bisa Anda gunakan untuk hal-hal positif, misalnya membeli buku agama. Ataupun untuk tabungan sekolah anak-anak. Alangkah lebih bagus, bila uang tersebut Anda infaqkan sebagai bekal di akhirat nanti.

Timbul pertanyaan, apakah saya sudah kaya dan mempunya tabungan yang banyak sejak berhenti merokok...? Tidak juga. Namun, pengalaman saya, setelah tidak merokok, jiwa dan fisik saya sudah lebih baik. Dan memang uang jatah rokok, saya gunakan untuk hal-hal positif juga, seperti memperbanyak buku di rumah (kebetulan saya & keluarga termasuk suka membaca).

Dalam kesempatan ini, saya tidak mengkaji secara ilmiah tentang bahaya merokok dari sisi kesehatan. Begitu juga dari sisi agama. Toh kalau Anda sudah bertekad, referensi soal rokok dengan sangat mudah akan Anda dapatkan di internet. Banyak situs anti-rokok, tinggal Anda cari di google, Anda akan dengan mudah mendapatkannya. Saya hanya mengutarakan pengalaman, dan mudah-mudahan pengalaman ini jadi hal positif bagi Anda; perokok yang ingin berhenti merokok.

Salam hormat saya, mari berhenti merokok.... Mulai sekarang!!!!

Mukhlis Aminullah, berdomisili di Samadua, Aceh Selatan