Senin, 01 Februari 2010

BERPIKIR BENAR BERPIKIR POSITIF


Dalam sebulan terakhir, ujian untuk saya sangat ketat. Betapa tidak? Sebagai manusia biasa, sangat wajar bila saya menginginkan hidup "normal" seperti orang lain, setiap hari berkumpul dengan keluarga. Bisa mengantar anak sekolah pada pagi hari adalah sebuah impian saat ini. Bisa membimbing anak mengaji dan belajar malam hari, masih merupakan sebuah harapan. Begitu juga aktifitas lainnya yang dulu rutin bagi saya.
Konon lagi saat ini, anggota keluarga kami telah bertambah dengan kehadiran seorang bayi perempuan untuk melengkapi trio akhwat. Tentu perasaan sebagai seorang ayah maupun sebagai kepala keluarga makin melangkolis saja. Saya berada dalam sepi. Sendiri di rantau membayangkan kehangatan bayi kecil berumur dua minggu. Saya hanya bermimpi.

Sehingga, kadang-kadang saya ingin mewujudkan mimpi. Pulang ke rumah, membuang sepi, jalani hari-hari bersama anak-anak. Saya ingin menumpahkan rindu..... dengan hangat.

Nah, saat-saat seperti itu saya menjadi seorang yang hampir "rapuh" sampai saya teringat kembali hakikat keberadaan saya di Samadua. Saya berada jauh dari keluarga, tentu sudah diatur olehNya. Saya jauh dari keluarga, karena untuk saat ini, disinilah rezeki anak-anak melalui saya. Saya sendiri dalam sepi, karena saya terpilih untuk menjalani pekerjaan ini. Saya jadi konsultan karena saya dianggap "mampu" oleh Tuhan. Dan saya sendiri telah memilih untuk menjalaninya sejak dulu. Saya harus menjaga komitmen itu, sejauh masih positif bagi saya dan orang lain di sekeliling saya.

Pikiran positif telah membuat saya menjadi seorang yang tegar. Saya harus mensyukuri nikmat ini. Tengoklah berapa banyak orang tidak mendapat kesempatan, untuk menjalani pekerjaan saya, padahal sudah mengikuti tes berkali-kali. Lihatlah di terik matahari sana, sekumpulan orang sedang menggali riol dengan susah payah hanya untuk mendapatkan 40 ribu sehari. Buruh pelabuhan harus berebutan dan antri lama untuk bisa terdaftar dalam list pekerja bongkar muat barang di pelabuhan. Pandanglah ke jalanan, seorang supir angkot harus antri di terminal hanya untuk mendapatkan rit terdepan, yang belum tentu bus-nya akan dipenuhi oleh penumpang. Penjual bangku (kursi panjang) harus keluar masuk kampung, menjajakan bawaannya yang berat karena dibawa dengan sepeda motor. Sebagian dari mereka harus menempuh perjalanan jauh, bahkan ratusan kilometer. Belum tentu dagangannya laku semua.

Sesekali tidak salah bila mencari data ke Disnaker. Hitunglah berapa banyak kawan-kawan yang belum mendapatkan pekerjaan (yang sesuai) sehabis kontrak dengan BRR. Dan ketika NGO hengkang dari Aceh, persaingan makin ketat dalam bursa kerja. Ingat juga, banyak PHK dari proyek vital di Aceh Utara. Semua mereka adalah tenaga skill yang kehilangan kesempatan melanjutkan kiprahnya. Ditambah lagi, setiap 6 bulan sekali Sarjana baru yang masih fresh mengisi CV-nya dengan berbagai kemampuan yang agak susah dipelajari oleh pencari kerja berusia setengah baya, seperti kita.

Saya adalah seorang yang beruntung. Karena saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati pekerjaan yang layak. Apa jadinya bila saya harus menjalani pekerjaan menggali terowongan....? apa saya akan mampu...? Saya pernah jadi "pekerja kasar" sekitar 12 tahun lalu, namun saya belum tentu mampu menjalani lagi sekarang.
Alhamdulillah, Allah SWT masih sayang pada saya dan keluarga saya. Saya jauh dari keluarga karena Allah menitipkan rezeki untuk keluarga pada profesi ini, konsultan pemberdayaan. Saya harus mensyukurinya. Saya tidak harus meninggalkan pekerjaan ini, kecuali saya mendapatkan yang lebih baik.

Saya mencoba berpikiran positif, sehingga mampu membuang jauh-jauh keinginan untuk jadi penganggur di Kota Juang! Sebagai orang yang normal, sah-sah saja bila sesekali pikiran negatif menghinggapi pikiran, namun tidak sampai pikiran itu "menguasai" saya. Beruntung saya mempunyai iman, sehingga menempatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi kerana Allah menghendakinya. Dan keuntungan yang lain ialah karena saya banyak membaca buku-buku yang positif, terutama buku-buku motivasi, yang saya rasakan sangat membantu pada saat-saat seperti sekarang. Saya bisa berpikir benar, berpikir positif. Terima kasih Tuhan!

Mukhlis Aminullah, bekerja di Samadua, Aceh Selatan.

Minggu, 31 Januari 2010

PERAN KECIL BERARTI BESAR (BAGI ORANG LAIN)


Waktu terus saja berlalu, tanpa terasa kita telah melewati hari demi hari. Umur terus berkurang, yang kita sendiri tidak tau berapa sisanya lagi. Apa yang sudah kita lakukan, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta maupun sebagai sesama manusia....?
Tentu kita sendiri yang tau, selain Allah SWT, sebagai Yang Maha Mengetahui segalanya. Apakah kualitas iman kita makin bertambah, atau malah makin berkurang? Bagaimana hubungan dengan teman, tetangga, rekan kerja, ataupun dengan orang-orang yang tidak berhubungan langsung dengan Anda....? Tidak seorangpun yang mengingkari bahwa menjaga hubungan dengan Sang Khalik adalah prioritas pertama. Sedangkan hubungan dengan manusia lain berada pada prioritas selanjutnya.

Dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, keberadaan orang di sekeliling kita sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan kita melewati setiap persoalan. Kalau kita berada dalam lingkungan yang positif, Insya Allah kita akan mendapatkan sesuatu yang positif menuju kehidupan yang lebih baik, terutama secara spritual. Sebaliknya, kalau kita berada dalam lingkungan yang buruk, tinggal menunggu waktu, kita akan menjadi seseorang yang buruk. Hanya orang-orang yang luar biasa yang mampu mengendalikan lingkungan buruk menjadi asset sehingga orang yang terbiasa berlaku buruk akan berperilaku baik. Secara umum adalah sebaliknya, lingkungan buruk akan membawa kita pada hasil buruk. Sukses atau tidaknya seseorang, kadangkala juga ditentukan oleh orang sekeliling kita.

Bagi orang yang sudah berkeluarga, sudah lazim peran isteri sangat menentukan. Seorang isteri yang "matre" akan mendorong sang suami menjadi koruptor. Bagi yang masih jomblo, peran seseorang yang dekat di hati, secara psikologis akan mewarnai setiap keputusan yang dilakukan, termasuk dalam dunia kerja.

Yang tidak disadari oleh kita, barangkali, kehadiran orang yang lain yang bukan "orang dekat" namun ternyata berpengaruh juga terhadap keseharian kita. Saya punya pengalaman beberapa tahun yang lalu. Ketika masih bekerja sebagai Anggota KPU Bireuen, seorang lelaki muda yang bekerja sebagai penjaga kantor, tempat saya bekerja, telah sangat banyak "membantu" saya. Saya menyadari peran dia sangat besar, pagi sebelum jam 8 sudah membuka kantor sekaligus membersihkan ruangan maupun meja-meja kerja saya, sehingga saya seharian sangat nyaman. Suasana nyaman itulah yang melahirkan inspirasi, sehingga beberapa ide lahir begitu saja untuk membawa pembaharuan di kantor maupun dalam pengambilan keputusan Pemilu maupun Pilkada. Tentu saja, saya sangat menghargainya, sampai sekarang, walaupun saya tidak berada disana lagi. Perannya yang kecil, ternyata berarti besar.....

Sekarang ketika saya bekerja dalam suasana yang berbeda, siapa orang yang berperan bagi saya...? Kisahnya hampir sama.
Selain hubungan yang harmonis dan hangat dengan keluarga, hal lain yang berperan adalah teman sekerja. Dilingkungan tempat tinggal, ada tetangga saya, yang juga sangat memelihara etika. Selain itu....? Nah, inilah yang hampir terlupakan.

Adalah Tengku Sulaiman, lelaki lajang berusia setengah baya asal Kuala Bak U yang membuat saya terinspirasi. Bagi orang lain di lingkungan saya, mungkin agak aneh bila menemukan tulisan ini, dan membawa sosok seorang bujang tua yang suka ngomong ini, dalam sebuah tulisan. Tidak masalah, toh saya hanya memandangnya dalam sudut pandang yang berbeda.
Tengku Sulaiman sehari-hari adalah lelaki yang tidak punya pekerjaan tetap layaknya lelaki lain di Perumnas, yang pergi pagi pulang sore bekerja sebagai PNS di Tapaktuan. Kerja yang bersangkutan, secara ekonomis, dapat dikatakan mocok-mocok alias pengangguran. Nah, walaupun demikian ternyata, setiap hari dia menghasilkan berbagai kenyamanan bagi orang lain. Bagaimana bisa..? Ceritanya begini.

Setelah shalat subuh berjamaah di mesjid, seterusnya dia membersihkan bak air wudhu di mesjid dan mencabuti rumput sekaligus membersihkan mesjid. Setelah itu dia akan mengelilingi lorong Perumnas untuk membersihkan setiap halaman rumah dari sampah. Sangat sederhana, dia hanya memunguti sampah-sampah itu lalu dibuang ke bak sampah. Pekerjaan simpel, namun sering terlupakan oleh yang punya rumah. Karena ketika sinar mentari pagi datang, para penghuni rumah akan disibukkan dengan mengurus persiapan anak-anaknya berangkat sekolah, setelah itu berangkat ke kantor. Sebagian besar yang tinggal di komplek adalah orang kantoran.

Ternyata peran Tengku Sulaiman sangat besar bagi kami. Saya sendiri sangat menyadari perannya. Pernah selama 20 hari yang bersangkutan pulang kampung, sehingga pekerjaannya terbengkalai. Apa jadinya dengan halaman rumah saya...? Sampah dedaunan bertumpuk dengan sangat banyak, sehingga untuk sekedar duduk di halaman rumah saja, saya ogah. Sangat tidak elok. Untuk menggantikan perannya, sekedar membersihkan rumah saya sendiri saja, saya tidak sempat. Sama saja dengan yang lain, pagi saya harus berangkat bekerja, pulangnya sudah sore bahkan kadang-kadang senja mengiringi langkah saya menuju rumah. Dalam dua bulan terakhir, malam haripun, saya masih harus ke desa-desa, untuk sosialisasi program.

Peran kecil orang lain, ternyata sangat berarti besar bagi saya.
Bukan hanya cerita saya pribadi. Kisah lainnya juga ada disekeliling kita. Mungkin saja Anda punya kisah yang sama, atau hampir sama dengan saya. Intinya adalah tentang keberadaan orang lain.

Contoh lainnya adalah keberadaan tukang sapu jalan di tempat kita. Keberadaan mereka telah membawa kota kita menjadi bersih. Di Kota Juang, kampung halaman saya, para penyapu jalan sudah bekerja setelah selesai shalat subuh. Dengan gaji satu juta sebulan, rasanya tidak sebanding dengan apa yang sudah mereka lakukan. Namun kita tidak berbuat apa-apa karena kemampuan keuangan Pemerintah hanya sanggup memberi gaji sebesar itu. Yang bisa kita lakukan adalah menghargai mereka dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Karena dengan itu, kita bukan hanya menyelamatkan mereka tetapi juga demi kita sendiri. Dengan lingkungan kota yang bersih, akan membuat kita segar menjalani hari-hari dan dengan itu bisa saja melahirkan karya yang baik dalam bekerja. Peran tukang sapu secara tidak langsung telah membantu karir atau kehidupan orang lain. Orang kecil yang berperan bagi orang besar. Dan kita kadang melupakan itu.

Ada kalanya kita hanya memandang hal-hal besar saja, sementara melewatkan hal-hal kecil. Kita akan sangat bangga menulis nama-nama orang besar yang berperan dalam karir kita, namun melupakan tukang kebun atau pembantu di rumah. Kita akan menyimpan sebuah memo dari "orang besar" bertahun-tahun yang mempengaruhi perjalanan karir dan kadang dengan gampang memarahi "orang kecil" di sekeliling kita hanya karena mereka melakukan kesalahan sepele. Kita melupakan jasanya, padahal kontribusi kecilnya telah membawa kenyamanan bagi kita.

Mudah-mudah tulisan ini mengingatkan Anda pada orang-orang di sekeliling Anda. Mereka ada dan berperan untuk Anda.

Mukhlis Aminullah, berdomisili di Perumnas Samadua.