Kamis, 19 Agustus 2010

RINDU UJUNG TANAH

mentari beranjak sepi
jejak sore kian tenggelam
sambut seteguk kopi dingin
dan
sepiring makanan...

pada sore seperti ini,
mengepak sayap rindu
ingin terbang ke Ujung Tanah,
dan
berbuka puasa dengan kalian

kota juang, 19 agustus 2010 karya mukhlis abi fildza

Rabu, 18 Agustus 2010

PENULIS (KETJIL)

lewati jejak malam,
aku terus melangkah
detik demi detik tak berdetak,
sunyi...
bersama embun, ku rengkuh asa
sepiring nasi buat anakku
dari sepotong kalimat...

lewati jejak malam,
pena lusuh, kertas buram
menari-nari...
untuk jajan anakku besok pagi

kota juang, 18 agustus 2010 karya mukhlis abi fildza

Selasa, 17 Agustus 2010

EPISODE DAMAI MERDEKA

aku tak pernah lupa,
hikayat dari seorang lelaki tua tentang negeri endatu
bahwa kita adalah bangsa yang merdeka
berabad-abad ....
“Kita bukan pemegang sumpah Gajah Mada, Neuk” katamu suatu senja
aku diam...,
apa yang mesti ku jawab...?
aku adalah bocah kecil
sejarah bagiku adalah buku cetak
dan yang ku tau;
benderaku merah putih

aku tak akan lupa,
pada senja yang lain, tulang ringkihmu memompa dadaku
bahwa kita adalah anak cucu Iskandar Muda
“Kita bangsa yang berjaya, Neuk....” katamu
aku diam...,
apa yang mesti ku bantah....??
sementara engkau sudah mengibarkan bendera
berwarna merah, bergaris merah...
aku adalah sepasang mata kecil
yang tak mengerti apa arti perbedaan warna
karena pada setiap tiang bendera
yang kulihat;
adalah bendera merah putih

sampai pada saatnya,
satu per satu lelaki di kampungku berkurang
yatim bertambah, janda bertambah
aku masih belum tau;
ada apa gerangan?
karena aku adalah bocah kecil....
yang ku tau,
baju loreng adalah pahlawan....
(loreng agak pudar atau loreng agak terang, entahlah)

senja yang pekat sore tenggelam,
malam adalah petaka
setiap jengkal tanah bau amis darah
kata “merdeka” adalah sepotong nafas
yang segera mengakhiri hikayat tua
“Tanah makam perlu diperluas....” kata Keuchik
semua diam.... akupun diam
“Adakah aku pengisi makam berikutnya..?” batinku; seorang remaja
aku belum tau perang untuk siapa....

suatu ketika, sebuah meja bersatu warna
tiada lagi kata “merdeka”
senja adalah sahabat setia,
malam bukan lagi pencabut nyawa...
damai bersemayam di dada...

“Ternyata merah putih tetap bendera kita, Kek....” ucapku
pada suatu senja memerah jingga
(ketika mengunjungi makam kakek)

kota juang, 17 agustus 2010 jam 3 karya mukhlis abi fildza.
saya persembahkan untuk semua orang yang cinta damai

NB; neuk (bhs aceh) = nak...(bhs indonesia, panggilan lembut untuk anak kecil)