Sabtu, 17 Desember 2011

SAJAK UNGU (Cinta dalam sebuah gugatan)

wahai,
sebuah hati yang gelisah..
kenapa kau biarkan rasa mu membatu
kenapa kau bunuh angan itu tanpa alasan
yang seharusnya kau ungkapkan
kenapa..?
bukankah rasa itu adalah anugerah
yang diberikanNya kepada mu
yang harus di jaga
di beri pupuk dan dipelihara...
kenapa kau biarkan ia mengering
padahal ia tumbuh di musim hujan...

kenapa kau biarkan rasa itu membeku
yang seharusnya kau utarakan
dan
menjadikan sebuah sajak ungu
pelampiasan rindu dendam...
kenapa...?

bukankah kau tahu,
bahwa hati kita tidak dapat bersembunyi
seperti mencoba membunuh bayangan sendiri
saat terik matahari...?
bukankah aku sudah tahu,
tatapan mata mu adalah suatu jawaban...

wahai,
marilah kita sambut hari-hari kita
yang mengharu biru
dengan kesimpulan yang sama
dan tidak ada yang disembunyikan

Kota Juang, 17 Desember 2011 karya mukhlis abi fildza
(kepada seseorang, yang mencoba menyiksa perasaan sendiri)

Rabu, 14 Desember 2011

JADILAH BINTANG

Harusnya kau pun tahu
bahwa malam akan selalu pekat
sepi dan dingin...
Jika kau tak mau jadi bintang,
Bagaimana malam ku bisa menembus pagi...?

kota juang, 14 Desember 2011 karya mukhlis abi fildza

Selasa, 13 Desember 2011

SAJAK PERPISAHAN

Andai bintang-bintang di langit
tidak dapat lagi menemani
biarlah ku nikmati kesunyian ini...
Andai puisi indah di hati
tidak dapat lagi mewakili
biarlah ku nikmati kehampaan ini...

Dalamnya sepi jadi ukuran
tentang sebuah keputusan
bahwa kita sendiri yang memilih:
untuk memulai masing-masing
dalam kesendirian...

pada hujan gerimis menjelang pagi
mari kita ucapkan salam....
Semoga kerinduan akan segera berakhir
dan marilah sambut harapan yang lain...

kota juang, 13 Desember 2011 karya mukhlis abi fildza

Senin, 12 Desember 2011

PUTUS 2

Ketika ku bersandar di kaki langit
Bayanganmu lewat berlalu
Saat sepi seperti ini
Aku hanya diam gagu
Tak tau lagi...??
pada siapa lagi rindu ini harus ku tuju
sedangkan
sejarah kita telah putus tadi sore
manjelang azan magrib...

kota juang, 11 Desember 2011 karya mukhlis abi fildza
(dari sebuah cerita imajiner --khayalan)

Minggu, 11 Desember 2011

5 POIN PENTING PRAKTIK KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

Menjadi pemimpin bukanlah sebuah ego pribadi, karena menjadi pemimpin artinya kita harus bersama dengan orang lain untuk maju.

Seorang pemimpin yang tidak memperhatikan orang yang dia pimpin tidak akan mempunyai siapapun untuk dipimpin. Jika Anda gagal untuk menghargai orang lain, maka mereka akan gagal untuk menghargai Anda. Sayangnya, tidak banyak orang yang terlatih untuk mengontrol orang lain.

Kisah sukses para pemimpin dunia selalu dipenuhi juga dengan kisah keberhasilan mereka untuk memikat orang-orang yang menjadi pengikutnya. Begitulah hakikat pemimpin, berhasil mendorong orang lain yang dia pimpin untuk mencapai visi bersama.

Untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang berhasil, berbagai penelitian dan kajian telah dilakukan untuk dapat mengintisarikan keberhasilan pemimpin tersebut dalam mendorong orang-orang yang mereka pimpin. Dalam buku yang berjudul ‘Leadership Challenge’, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner menuliskan betapa berat tugas seorang pemimpin.

‘The Leadership Challenge is about how leaders mobilize others to want to get extraordinary things done in an organization. Its about the practice leaders use to transform values into actions, visions into realities, obstacles into innovation, separateness into solidarity, and risks into rewards. It’s about leadership that creates the climate in which people turn challenging opportunities into remarkable successes.’

Untuk membentuk iklim yang mendukung seluruh anggota organisasi memperoleh kesuksesan adalah tugas seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang ingin disebut pemimpin harus mempunyai pondasi kepemimpinan yang kuat. Pondasi itulah yang membangun kepercayaan orang-orang yang dia pimpin. Pondasi –pondasi tersebut adalah sikap jujur, berorientasi ke depan, kompeten, dan membangun semangat. Keempat pondasi tersebut harus menancap kuat dalam diri seorang pemimpin. Beruntunglah karena kesemuanya bisa dipelajari dan dilatih. Selain pondasi tersebut, Kouzes dan Posner juga telah membuat ramuan best practice untuk menjadi pemimpin dalam 5 poin penting praktik kepemimpinan yang bisa kita coba.

Mencontohkan karyanya

Seorang pemimpin yang just talk no do akan menjadi cibiran orang-orang yang dia pimpin. Bagaimana mungkin kepercayaan bawahan akan tumbuh jika atasannya tidak pernah menunjukkan performa yang bisa mereka contoh. Itu hanya akan menjadi boomerang bagi pemimpin, meminta orang lain melakukan lebih, padahal dia sendiri tidak mempunyai karya yang bisa ditampilkan.

Untuk itu, seorang pemimpin harus mampu menilai dirinya sendiri, dia berada di titik mana dan bagaimana perbandingannya dengan bawahan. Bukan berarti seorang pemimpin harus menguasai segalanya, tetapi pemimpin harus bisa mendeklarasikan diri sebagai orang yang mempunyai nilai. Dengan begitu, bawahan pun akan merasa yakin terhadap atasannya. Selain itu, pemimpin juga harus mengekspresikan dirinya kepada bawahan. Bukan untuk menyombongkan diri melainkan untuk memupuk kepercayaan bawahan.

Menantang proses

Melalui sebuah tantangan dengan melibatkan banyak orang tentu saja membutuhkan keahlian khusus. Contohnya, untuk melalui badai yang kencang nahkoda kapal harus mengkoordinasikan seluruh awaknya, pada saat itu para awak mungkin saja dalam keadaan yang sangat bervariatif, ada yang kehausan, ada yang kelaparan, ada yang masih bersemangat, namun kesemuanya harus mempunyai satu tujuan, menyelamatkan kapal dari badai. Di saat-saat seperti ini seorang pemimpin harus mengambil inisiatif, membuat tantangan menjadi berarti, berinovasi dan menciptakan ide-ide segar untuk membuat seluruh awak kapal optimis.

Pemimpin yang tidak mempunyai insiatif apapun tidak akan pernah mendapat kepercayaan bawahan. Mereka akan berpikir bahwa pemimpin tidak tanggap terhadap keadaan dan tidak mampu menghadapinya. Menantang proses adalah langkah yang harus diambil untuk menunjukkan bahwa Andalah pemimpinnya.

Menginspirasikan visi bersama

Visi organisasi diibaratkan sebagai tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Visi yang menginspirasi dapat diibaratkan sebagai sebuah tempat tujuan yang menarik bagi seluruh rombongan perjalanan. Visi tidak akan tercapai jika ada terlalu banyak perbedaan tempat tujuan, ini yang harus dihindari oleh seorang pemimpin. Untuk memutuskan tempat tujuan, seorang pemimpin harus melihat berbagai probabilitas dan melibatkan orang-orang yang akan diajak untuk mencapai visi tersebut. Visi organisasi yang tidak merangkum visi para bawahannya hanya akan menjadi sebuah tulisan di atas kertas.

Memungkinkan orang lain bertindak

Untuk menempuh tujuan yang telah ditetapkan bersama, seorang pemimpin harus membagi step-step pencapaian untuk masing-masing bawahan sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Anda bukan seorang pemimpin jika melakukan segalanya sendiri, sehebat apapun Anda, menghargai bawahan dengan mengapresiasi kemampuannya adalah cara terbaik untuk memikat mereka. Oleh karena itu, beri kesempatan untuk mereka menunjukkan kemampuan. Ajak mereka memecahkan tantangan-tantangan bersama, bangun kesolidan mereka dengan menghadapi tantangan bersama. Pemimpin yang terlalu kaku dalam memperlakukan bawahan, membatasi gerak tanpa memberi kesempatan untuk bertindak akan segera ditinggalkan, tekanannya terlalu berat, padahal setiap orang butuh diakui eksistensinya.

Seluruh bawahan adalah amunisi yang seharusnya diberdayakan oleh pimpinan untuk menembak sasaran, sesuai dengan strategi yang telah dibuat bersama. Jangan menyia-nyiakan kekuatan yang kita miliki hanya karena kita tidak melihat kekuatan mereka untuk mendukung kesuksesan organisasi.

Menyemangati jiwa

Dalam perjalanan mencapai tujuan, tantangan dan proses yang dilalui tidak selalu bisa mempertahankan semangat orang-orang yang kita pimpin, pun terkadang kita sendiri sebagai pemimpin menemui kejenuhan. Pemimpin terbaik selalu melihat sinyal ini dan melakukan berbagai cara untuk mengobarkan optimisme di dada para bawahan.

Semangat pegawai bisa menurun karena banyak faktor, kondisi kerja yang tidak nyaman, sistem kerja yang tidak jelas, tidak adanya pengakuan atas prestasi, pemimpin yang acuh tak acuh, kesemuanya bisa mengurangi semangat bahkan sampai titik yang sangat kritis, bawahan memilih keluar. Masih beruntung jika yang memilih keluar adalah pegawai yang tidak mempunyai performa bagus. organisasi akan menderita kerugian yang sangat besar jika ternyata yang memutuskan untuk keluar adalah pegawai yang menjadi aset organisasi, mempunyai kompetensi tinggi serta etos kerja terjaga namun akhirnya menyerah karena tidak ada motivasi.

Untuk menghindari keadaan seperti ini seorang pemimpin harus segera mengambil sikap.
Pertama, membuat standar yang jelas. Standar kerja yang jelas akan menjadi acuan bagi bawahan untuk mengatur strategi terbaik yang bisa mereka lakukan. Hal ini akan meningkatkan daya juang mereka untuk mencapai target sesuai stndar. Reward dan punishment akan menjadi faktor yang cukup berpengaruh. Karena seperti halnya manusia biasa, setiap bawahan kita selalu menyukai reward dan menghindari punishment. Hal tersebut akan menjaga mereka untuk menepati standar yang telah ditentukan, untuk itu, standarnya harus jelas.

Kedua, mengharapkan yang terbaik dari bawahan. Dengan memperlihatkan harapan kita kepada para bawahan, itu akan membuat para bawahan merasa dihargai dan diperlukan. Orang yang merasa dihargai dan diperlukan akan melakukan apapun yang diminta oleh yang mengharapkan, apalagi jika kita juga memberi harapan atas hasil kerja mereka, gaji yang lebih baik, fasilitas yang lebih banyak, atau kenaikan pangkat jika memungkinkan.

Ketiga, seorang pemimpin harus memberikan perhatian kepada bawahannya. Perhatian ini bisa berkaitan dengan pekerjaan ataupun kehidupan pribadi bawahan. Namun, tentu saja untuk hal pribadi harus masih dalam batas kewajaran. Perhatian akan menumbuhkan semangat bagi bawahan untuk memberikan yang terbaik, tidak bisa tidak karena seorang bawahan hakikatnya mengharapkan pimpinan percaya terhadap kemampuannya dan mengharapkan hasil terbaik atas pekerjaannya.

Keempat, seorang pemimpin harus mempersonalisasi pengakuan. Pada berbagai organisasi besar, pengakuan terhadap pegawai terbaik dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pemilihan pegawai teladan. Transjakarta Busway melakukannya setiap bulan, foto-foto pegawai terbaik dipajang di seluruh shelter. Bagi pegawai Transjakarta, hal tersebut merupakan pengalaman tak terlupakan yang akan selalu membekas dan memotivasi. Tentu ada banyak cara untuk mempersonalisasi pengakuan, tidak harus seperti Transjakarta. Yang jelas, dengan mempersonalisasi pengakuan, pegawai menjadi terpicu untuk menduduki posisi terbaik di organisasi. Persaingan yang sehat tentu juga harus dibangun agar tidak terjadi perpecahan hanya karena sikap iri yang antar pegawai.

Akhirnya, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner pun menyimpulkan dalam pengantar buku mereka ini mengenai konteks ‘The Leadership Challenge’.

‘What we have discovered and rediscovered, is that the leadership is not the private reserve of a few charismatic men and women. It is a process ordinary people use when they are bringing forth the best from themselves and others. What we’ve discovered is that people make extraordinary things happen by liberating the leader within everyone.’

Pemimpin dimanapun, pada era apapun adalah orang biasa. Namun mereka adalah orang biasa yang mampu menggali yang terbaik dari dirinya dan orang-orang di sekitarnya untuk memperoleh extraordinary thing that they are wanted. Lima best practice untuk pemimpin di atas adalah sarana kita untuk terus belajar menjadi pemimpin yang terbaik dimanapun kita berada yang diintasarikan dari pengalaman pemimpin-pemimpin dari berbagai tempat dan era. (Reference : Kouzes , James M dan Posner, Barry Z. The Leadership Challenge, third edition. Jossey-Bass : 2002)

sumber: Kompasiana

5 Leadership’s Best Practice

Menjadi pemimpin bukanlah sebuah ego pribadi, karena menjadi pemimpin artinya kita harus bersama dengan orang lain untuk maju.

Seorang pemimpin yang tidak memperhatikan orang yang dia pimpin tidak akan mempunyai siapapun untuk dipimpin. Jika Anda gagal untuk menghargai orang lain, maka mereka akan gagal untuk menghargai Anda. Sayangnya, tidak banyak orang yang terlatih untuk mengontrol orang lain.

Kisah sukses para pemimpin dunia selalu dipenuhi juga dengan kisah keberhasilan mereka untuk memikat orang-orang yang menjadi pengikutnya. Begitulah hakikat pemimpin, berhasil mendorong orang lain yang dia pimpin untuk mencapai visi bersama.

Untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang berhasil, berbagai penelitian dan kajian telah dilakukan untuk dapat mengintisarikan keberhasilan pemimpin tersebut dalam mendorong orang-orang yang mereka pimpin. Dalam buku yang berjudul ‘Leadership Challenge’, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner menuliskan betapa berat tugas seorang pemimpin.

‘The Leadership Challenge is about how leaders mobilize others to want to get extraordinary things done in an organization. Its about the practice leaders use to transform values into actions, visions into realities, obstacles into innovation, separateness into solidarity, and risks into rewards. It’s about leadership that creates the climate in which people turn challenging opportunities into remarkable successes.’

Untuk membentuk iklim yang mendukung seluruh anggota organisasi memperoleh kesuksesan adalah tugas seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang ingin disebut pemimpin harus mempunyai pondasi kepemimpinan yang kuat. Pondasi itulah yang membangun kepercayaan orang-orang yang dia pimpin. Pondasi –pondasi tersebut adalah sikap jujur, berorientasi ke depan, kompeten, dan membangun semangat. Keempat pondasi tersebut harus menancap kuat dalam diri seorang pemimpin. Beruntunglah karena kesemuanya bisa dipelajari dan dilatih. Selain pondasi tersebut, Kouzes dan Posner juga telah membuat ramuan best practice untuk menjadi pemimpin dalam 5 poin penting praktik kepemimpinan yang bisa kita coba.

Mencontohkan karyanya

Seorang pemimpin yang just talk no do akan menjadi cibiran orang-orang yang dia pimpin. Bagaimana mungkin kepercayaan bawahan akan tumbuh jika atasannya tidak pernah menunjukkan performa yang bisa mereka contoh. Itu hanya akan menjadi boomerang bagi pemimpin, meminta orang lain melakukan lebih, padahal dia sendiri tidak mempunyai karya yang bisa ditampilkan.

Untuk itu, seorang pemimpin harus mampu menilai dirinya sendiri, dia berada di titik mana dan bagaimana perbandingannya dengan bawahan. Bukan berarti seorang pemimpin harus menguasai segalanya, tetapi pemimpin harus bisa mendeklarasikan diri sebagai orang yang mempunyai nilai. Dengan begitu, bawahan pun akan merasa yakin terhadap atasannya. Selain itu, pemimpin juga harus mengekspresikan dirinya kepada bawahan. Bukan untuk menyombongkan diri melainkan untuk memupuk kepercayaan bawahan.

Menantang proses

Melalui sebuah tantangan dengan melibatkan banyak orang tentu saja membutuhkan keahlian khusus. Contohnya, untuk melalui badai yang kencang nahkoda kapal harus mengkoordinasikan seluruh awaknya, pada saat itu para awak mungkin saja dalam keadaan yang sangat bervariatif, ada yang kehausan, ada yang kelaparan, ada yang masih bersemangat, namun kesemuanya harus mempunyai satu tujuan, menyelamatkan kapal dari badai. Di saat-saat seperti ini seorang pemimpin harus mengambil inisiatif, membuat tantangan menjadi berarti, berinovasi dan menciptakan ide-ide segar untuk membuat seluruh awak kapal optimis.

Pemimpin yang tidak mempunyai insiatif apapun tidak akan pernah mendapat kepercayaan bawahan. Mereka akan berpikir bahwa pemimpin tidak tanggap terhadap keadaan dan tidak mampu menghadapinya. Menantang proses adalah langkah yang harus diambil untuk menunjukkan bahwa Andalah pemimpinnya.

Menginspirasikan visi bersama

Visi organisasi diibaratkan sebagai tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Visi yang menginspirasi dapat diibaratkan sebagai sebuah tempat tujuan yang menarik bagi seluruh rombongan perjalanan. Visi tidak akan tercapai jika ada terlalu banyak perbedaan tempat tujuan, ini yang harus dihindari oleh seorang pemimpin. Untuk memutuskan tempat tujuan, seorang pemimpin harus melihat berbagai probabilitas dan melibatkan orang-orang yang akan diajak untuk mencapai visi tersebut. Visi organisasi yang tidak merangkum visi para bawahannya hanya akan menjadi sebuah tulisan di atas kertas.

Memungkinkan orang lain bertindak

Untuk menempuh tujuan yang telah ditetapkan bersama, seorang pemimpin harus membagi step-step pencapaian untuk masing-masing bawahan sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Anda bukan seorang pemimpin jika melakukan segalanya sendiri, sehebat apapun Anda, menghargai bawahan dengan mengapresiasi kemampuannya adalah cara terbaik untuk memikat mereka. Oleh karena itu, beri kesempatan untuk mereka menunjukkan kemampuan. Ajak mereka memecahkan tantangan-tantangan bersama, bangun kesolidan mereka dengan menghadapi tantangan bersama. Pemimpin yang terlalu kaku dalam memperlakukan bawahan, membatasi gerak tanpa memberi kesempatan untuk bertindak akan segera ditinggalkan, tekanannya terlalu berat, padahal setiap orang butuh diakui eksistensinya.

Seluruh bawahan adalah amunisi yang seharusnya diberdayakan oleh pimpinan untuk menembak sasaran, sesuai dengan strategi yang telah dibuat bersama. Jangan menyia-nyiakan kekuatan yang kita miliki hanya karena kita tidak melihat kekuatan mereka untuk mendukung kesuksesan organisasi.

Menyemangati jiwa

Dalam perjalanan mencapai tujuan, tantangan dan proses yang dilalui tidak selalu bisa mempertahankan semangat orang-orang yang kita pimpin, pun terkadang kita sendiri sebagai pemimpin menemui kejenuhan. Pemimpin terbaik selalu melihat sinyal ini dan melakukan berbagai cara untuk mengobarkan optimisme di dada para bawahan.

Semangat pegawai bisa menurun karena banyak faktor, kondisi kerja yang tidak nyaman, sistem kerja yang tidak jelas, tidak adanya pengakuan atas prestasi, pemimpin yang acuh tak acuh, kesemuanya bisa mengurangi semangat bahkan sampai titik yang sangat kritis, bawahan memilih keluar. Masih beruntung jika yang memilih keluar adalah pegawai yang tidak mempunyai performa bagus. organisasi akan menderita kerugian yang sangat besar jika ternyata yang memutuskan untuk keluar adalah pegawai yang menjadi aset organisasi, mempunyai kompetensi tinggi serta etos kerja terjaga namun akhirnya menyerah karena tidak ada motivasi. Untuk menghindari keadaan seperti ini seorang pemimpin harus segera mengambil sikap. Pertama, membuat standar yang jelas. Standar kerja yang jelas akan menjadi acuan bagi bawahan untuk mengatur strategi terbaik yang bisa mereka lakukan. Hal ini akan meningkatkan daya juang mereka untuk mencapai target sesuai stndar. Reward dan punishment akan menjadi faktor yang cukup berpengaruh. Karena seperti halnya manusia biasa, setiap bawahan kita selalu menyukai reward dan menghindari punishment. Hal tersebut akan menjaga mereka untuk menepati standar yang telah ditentukan, untuk itu, standarnya harus jelas.

Kedua, mengharapkan yang terbaik dari bawahan. Dengan memperlihatkan harapan kita kepada para bawahan, itu akan membuat para bawahan merasa dihargai dan diperlukan. Orang yang merasa dihargai dan diperlukan akan melakukan apapun yang diminta oleh yang mengharapkan, apalagi jika kita juga memberi harapan atas hasil kerja mereka, gaji yang lebih baik, fasilitas yang lebih banyak, atau kenaikan pangkat jika memungkinkan.

Ketiga, seorang pemimpin harus memberikan perhatian kepada bawahannya. Perhatian ini bisa berkaitan dengan pekerjaan ataupun kehidupan pribadi bawahan. Namun, tentu saja untuk hal pribadi harus masih dalam batas kewajaran. Perhatian akan menumbuhkan semangat bagi bawahan untuk memberikan yang terbaik, tidak bisa tidak karena seorang bawahan hakikatnya mengharapkan pimpinan percaya terhadap kemampuannya dan mengharapkan hasil terbaik atas pekerjaannya.

Keempat dan terakhir, seorang pemimpin harus mempersonalisasi pengakuan. Pada berbagai organisasi besar, pengakuan terhadap pegawai terbaik dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pemilihan pegawai teladan. Transjakarta Busway melakukannya setiap bulan, foto-foto pegawai terbaik dipajang di seluruh shelter. Bagi pegawai Transjakarta, hal tersebut merupakan pengalaman tak terlupakan yang akan selalu membekas dan memotivasi. Tentu ada banyak cara untuk mempersonalisasi pengakuan, tidak harus seperti Transjakarta. Yang jelas, dengan mempersonalisasi pengakuan, pegawai menjadi terpicu untuk menduduki posisi terbaik di organisasi. Persaingan yang sehat tentu juga harus dibangun agar tidak terjadi perpecahan hanya karena sikap iri yang antar pegawai.

Akhirnya, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner pun menyimpulkan dalam pengantar buku mereka ini mengenai konteks ‘The Leadership Challenge’.

‘What we have discovered and rediscovered, is that the leadership is not the private reserve of a few charismatic men and women. It is a process ordinary people use when they are bringing forth the best from themselves and others. What we’ve discovered is that people make extraordinary things happen by liberating the leader within everyone.’

Pemimpin dimanapun, pada era apapun adalah orang biasa. Namun mereka adalah orang biasa yang mampu menggali yang terbaik dari dirinya dan orang-orang di sekitarnya untuk memperoleh extraordinary thing that they are wanted. Lima best practice untuk pemimpin di atas adalah sarana kita untuk terus belajar menjadi pemimpin yang terbaik dimanapun kita berada yang diintasarikan dari pengalaman pemimpin-pemimpin dari berbagai tempat dan era. (Reference : Kouzes , James M dan Posner, Barry Z. The Leadership Challenge, third edition. Jossey-Bass : 2002)

sumber: Kompasiana