Sabtu, 21 Januari 2012

PERJALANAN

kita terus saja melangkah
jarak tempuh kian jauh
tanpa menoleh dan berpaling
jejak demi jejak tercatat sudah
dalam hati masing-masing
entahlah...
apakah arti dari perjalanan ini?
semua masih jadi misteri...
saat tiba nanti semoga
kita punya pertanyaan dan
jawaban yang sama

Cot Gapu, 21 Januari 2012 karya Mukhlis Abi Fildza

Jumat, 20 Januari 2012

ELEGI SEBATANG KAYU TUA


disana dihalaman gubuk kita
sebatang kayu tua kian lapuk
daun berguguran
ranting kian patah, satu persatu
dahan kian rapuh...
pada siapakah yang peduli?
semua tiada berarti lagi
setiap yang lewat hanya
melemparkan senyum pahit!
kepada kayu tua

waktu terus mengikuti pusaran
makin lama,
sebatang pohon kian tak berarti
daun kering kian banyak
menumpuk di halaman dan busuk
tiada yang peduli lagi...
seakan semua jasa hilang percuma

pohon-pohon tua di luar jendela
laksana manusia,
saat berjaya semua jumawa
lupa umur, lupa usia
lupa bersyukur
usia tua tak berarti apa-apa
kasihan...

Kota Juang, 20 Januari 2012
Karya Mukhlis Abi Fildza
(inspirasi dari seorang kakek tua di kampungku,
tiada yg peduli dan tiada berarti apapun baginya....,
kecuali kepulan asap rokok dr uang pemberian
orang-orang lewat)

Senin, 16 Januari 2012

BIARKAN 2

Biarlah cintamu tumbuh berkembang
akarnya menghujam bumi
daunnya berdesir mengikuti alunan angin
dan buahnya manis
serta bunganya indah merona
karena kau serahkan segala pada-Nya

Cot Gapu, 16 Januari 2012

TANDA TANYA


hari demi hari
waktu demi waktu
terus saja melukis gundah
dalam bingkai semu
menunggu kian jemu...
bilakah, setangkai senyum
akan mengurai gelisah?
laksana indah mentari
sambut pagi yang cerah

Kota Juang, 16 Januari 2012 karya mukhlis abi fildza
(inspirasi dari curhat seorang teman; semoga "dia" akan segera menyapa mu kawan, dengan ketulusan yg ada padanya)

Minggu, 15 Januari 2012

KERAJAAN JEUMPA

Menurut penelitian para ahli sejarah, diketahui bahwa sebelum datangnya Islam pada awal abad ke 7 M, Dunia Arab dengan Dunia Melayu-Sumatra sudah menjalin hubungan dagang yang erat sejak 2000 tahun SM atau 4000 tahun lalu. Hal ini sebagai dampak hubungan dagang Arab-Cina melalui jalur laut yang telah menumbuhkan perkampungan, Parsia, Hindia dan lainnya di sepanjang pesisir pulau Sumatera.

Letak geografis daerah Aceh sangat strategis di ujung barat pulau Sumatra, menjadikan wilayah Aceh sebagai kota pelabuhan persinggahan yang berkembang pesat, terutama untuk mempersiapkan logistik pelayaran berikutnya dari Cina menuju Persia ataupun Arab dengan menempuh samudra luas. Salah satu kota perdagangan pada jalur tersebut adalah Jeumpa dengan komuditas unggulan seperti kafur, yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan.

Kerajaan Jeumpa Aceh, berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang di tulis Ibrahim Abduh, yang disadurnya dari hikayat Radja Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang benar keberadaannya pada sekitar abad ke 7 Masehi yang terletak di sekitar daerah perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur. Istana Raja Jeumpa terletak di desa Blang Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pintoe Ubeuet.

Masa itu desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga merupakan kota bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Dari Kuala Jeumpa sampai Blang Seupeueng ada sebuah alur yang besar, biasanya dilalui oleh kapal-kapal dan perahu-perahu kecil. Alur dari Kuala Jeumpa tersebut membelah Desa Cot Bada langsung ke Cot Cut Abeuk Usong atau ke "Pintou Rayeuk" (pintu besar).

Menurut legenda yang berkembang di sekitar Jeumpa, sebelum kedatangan Islam di daerah ini sudah berdiri salah satu Kerajaan Hindu Purba Aceh yang dipimpin turun temurun oleh seorang Meurah dan negeri ini sudah dikenal di seluruh penjuru dan mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina, India, Arab dan lainnya. Sekitar awal abad ke 8 Masehi datanglah seorang pemuda tampan yang dikenal dengan Shahrianshah Salman al-Farisi atau Sasaniah Salman Al-Farisi sebagaimana disebut dalam Silsilah keturunan Sultan-Sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao dan juga disebutkan dalam Silsilah Raja-Raja Aceh Darussalam oleh Dinas Kebudayaan NAD. Sebagian ahli sejarah menghubungkan silsilah Pangeran Salman dengan keturunan dari Sayyidina Hussein ra cucunda Nabi Muhammad Rasulullah saw yang telah menikah dengan Puteri Maharaja Parsia bernama Syahribanun. Dari perkawinan inilah kemudian berkembang keturunan Rasulullah yang telah menjadi Ulama, Pemimpin Spiritual dan Sultan di dunia Islam, termasuk Nusantara, baik di Aceh, Pattani, Sumatera, Malaya, Brunei sampai ke Filipina dan Kepulauan Maluku.

Dikisahkan Pangeran Salman memasuki pusat kerajaan di kawasan Blang Seupeueng dengan kapal niaga dengan segala awak, perangkat dan pengawal serta muatannya yang datang dari Parsi untuk berdagang dan utamanya berdakwah mengembangkan ajaran Islam. Dia memasuki negeri Blang Seupeueng melalui laut lewat Kuala Jeumpa. Sang Pangeran sangat tertarik dengan kemakmuran, keindahan alam dan keramahan penduduknya. Selanjutnya beliau tinggal bersama penduduk dan menyiarkan agama Islam yang telah menjadi anutan nenek moyangnya di Parsia. Rakyat di negeri tersebut dengan mudah menerima ajaran Islam karena tingkah laku, sifat dan karakternya yang sopan dan sangat ramah. Apalagi beliau adalah seorang Pangeran dari negara maju Parsia yang terkenal kebesaran dan kemajuannya masa itu.

Keutamaan dan kecerdasan yang dimiliki Pangeran Salman yang tentunya telah mendapat pendidikan terbaik di Parsia negeri asalnya, sangat menarik perhatian Meurah Jeumpa dan mengangkatnya menjadi orang kepercayaan kerajaan. Karena keberhasilannya dalam menjalankan tugas-tugasnya, akhirnya Pangeran Salman dinikahkan dengan puteri Raja dan dinobatkan menjadi Raja. Setelah menjadi Raja, wilayah kekuasaannya diberikan nama dengan Kerajaan Jeumpa, sesuai dengan nama negeri asalnya di Persia yang bernama "Champia", yang artinya harum, wangi dan semerbak. Sejak saat Kerajaan Islam Jeumpa terkenal dan berkembang pesat menjadi kota perdagangan dan persinggahan bagi pedagang-pedagang Arab, Cina, India dan lainnya.

Kerajaan Jeumpa menjadi maju dan makmur sekaligus menjadi pusat penyebaran ajaran Islam di wilayah Sumatra bahkan Nusantara. Shahrianshah Sal-man al-Farisi memproklamirkan Kerajaan Islam Jeumpa pada tahun 156 H atau sekitar tahun 770 M. Maka tidak diragukan, Kerajaan Jeumpa adalah Kerajaan Islam pertama di seluruh Nusantara.

Tentu di balik kesuksesan Pangeran Salman membangun dan memimpin Kerajaan Jeumpa, didukung oleh seorang Ratu yang sangat berperan. Menurut Silsilah Sultan Melayu dan Silsilah Raja Aceh, Putro Manyang Seulodong atau ada yang menyebutnya dengan Dewi Ratna Keumala adalah istri dari pangeran Salman, anak Meurah Jeumpa yang cantik rupawan serta cerdas dan berwibawa. Putro Jeumpa inilah yang telah mendukung karir dan perjuangan suaminya sehingga berhasil mengembangkan sebuah Kerajaan Islam yang berwibawa, yang kelak melahirkan Kerajaan Islam di Perlak, Pasai, Pedir dan Aceh Darussalam.

Bersama suaminya, Ratu Jeumpa menjalankan kerajaannya sehingga menjadi sebuah kerajaan yang terkenal di dunia internasional dan menjadi kota persinggahan para pedagang-pedagang dari Arab, Parsia, Cina, India dan lainnya. Apalagi geografi Jeumpa sangat strategis yang berdekatan dengan Barus, Lamuri, Fansur yang lebih dahulu berkembang di ujung barat pulau Sumatra.

Di daerah yang sebagai tapak mahligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujereun, ditemukan tapak bangunan istana dan beberapa barang peninggalan kerajaan, seperti kolam mandi kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan semacam cincin dan kalung rantai yang panjangnya sampai ke lutut dan anting sebesar gelang tangan. Semua ini tentu menggambarkan kemakmuran dan kemajuan dari Kerajaan Jeumpa 14 abad silam.

Ratu Manyang Seuludong bukan hanya berhasil menjadi pendamping suaminya dalam membangun Kerajaan Jeumpa, tetapi juga berhasil menjadi seorang pendidik yang baik bagi anak-anaknya yang melanjutkan perjuangannya menyebarkan dakwah ajaran Islam. Ratu dikaruniai beberapa putra putri yang dikemudian hari menjadi Raja dan Ratu yang sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah pengembangan Islam di Nusantara.

Anak beliau bernama Syahri Poli adalah pendiri dari Kerajaan Poli yang selanjutnya berkembang menjadi Kerajaan Pidier di wilayah Pidie sekarang yang wilayah kekuasaannya sampai ujung barat Sumatera. Syahri Tanti mengembangkan kerajaan yang selanjutnya menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Samudra-Pasai. Syahri Dito, yang melanjutkan mengembangkan Kerajaan Jeumpa. Syahri Nuwi menjadi Meurah dan pendiri dari Kerajaan Perlak. Sementara putrinya Makhdum Tansyuri adalah ibu dari Sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, Maulana Abdul Aziz Syah yang diangkat pada tahun 840 Masehi.

Kecerdasan dan kecantikan Putro Jeumpa yang diwariskan kepada keturunannya menjadi lambang keagungan putri-putri Islam yang berjiwa penakluk dalam memperjuangkan tegaknya Islam di bumi Nusantara. Tidak diragukan bahwa Putro Manyang Seuludong telah menjadi inspirasi bagi perjuangan para Ratu dan putro-putro Jeumpa sesudahnya. Puteri-puteri Jeumpa telah menjadi lambang kewibawaan para Ratu Islam di istana-istana Perlak, Pasai, Malaka bahkan sampai Majapahit sekalipun.

(disadur dari berbagai sumber, dengan maksud baik agar dapat berbagi "sejarah" dengan anak cucu.)