Sabtu, 03 Maret 2012

Nick Vujicic; Cacat Tak Halangi Meraih Kesuksesan!


4 Desember 1982, di sebuah rumah sakit Kota Melbourne terdengar tangisan bayi memecah keheningan kamar bersalin. Kehadirannya membuncahkan harapan bagi sang ayah (pemuka agama dan programmer komputer) dan ibu (perawat) karena anak pertama mereka akhirnya lahir.
Namun, betapa kagetnya pasangan imigran Serbia tersebut ketika melihat putranya lahir tanpa dua lengan dan dua kaki yang normal. Menurut dokter yang menanganinya, sang bayi - kemudian diberi nama Nicholas James Vujicic- terkena penyakit Tetra-amelia yang sangat langka.
Sejak itu, hari-hari yang penuh perjuangan dialami keluarga ini. Tak jarang, ayah dan ibu Nick menyalahkan diri mereka, selalu bertanya apa dosa mereka terhadap Tuhan sehingga putranya lahir cacat.
Di sisi lain, dengan kesabaran sang ayah membimbingnya untuk berdiri, menyeimbangkan tubuh, dan berenang sejak Nick berusia 18 bulan (Nick memiliki sebuah telapak kaki kecil di dekat pinggul kirinya).
Mereka pun mengajari Nick untuk bisa hidup mandiri, caranya dengan menyekolahkannya ke sekolah umum seperti anak-anak normal lainnya.
Di usia 8 tahun, tekanan dari ejekan dan bullying di sekolah hampir membuat Nick bunuh diri. Namun, kasih dan dukungan orangtuanya, serta hiburan dari para sahabatnya, mampu membuat Nick mengenyahkan pikiran tersebut. Ia menjadi lebih bijaksana dan berani dalam menjalani kehidupan.

Pada suatu pagi, saat usia 12 tahun, Nick mendapat pengalaman tak terlupakan. Saat bangun dan membuka matanya, tiba-tiba saja ia menyadari betapa beruntungnya dirinya. Ia sehat, serta punya keluarga dan para sahabat yang menyayanginya.
Setahun kemudian, ketika membaca surat kabar, Nick dan ibunya menemukan sebuah artikel yang sangat menggugah jiwanya. Artikel itu, berkisah tentang seorang pria cacat tubuh yang mampu melakukan hal-hal hebat, termasuk menolong banyak orang.

"Pada saat itulah, saya menyadari bahwa Tuhan memang menciptakan kita untuk berguna bagi orang lain. Saya memutuskan untuk bersyukur, bukannya marah, atas keadaan diri sendiri! Saya juga berharap, suatu saat bisa menjadi seperti pria luar biasa itu-yakni bisa menolong dan menginspirasi banyak orang!" demikian ujar Nick, dalam sebuah wawancara.

Untuk meraih mimpinya, Nick belajar dengan giat. Otak yang encer, membantunya untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi bidang Akuntansi dan Perencanaan Keuangan pada usia 21 tahun. Segera setelah itu, ia mengembangkan lembaga non-profit ‘Life Without Limbs' (Hidup Tanpa Anggota-Anggota Tubuh), yang didirikannya, pada usia 17 tahun, untuk membantunya berkarya dalam bidang motivasi.

Kini, Nick Vujicic adalah motivator/pembicara internasional yang gilang-gemilang. Ia sudah berkeliling ke lebih dari 24 negara di empat benua (termasuk Indonesia), untuk memotivasi lebih dari 2 juta orang-khususnya kaum muda. Berkali-kali, ia diwawancarai oleh stasiun televisi dengan jangkauan internasional, seperti ABC (pada 28 Maret 2008). Produknya yang terkenal adalah DVD motivasi "Life's Greater Purpose", "No Arms, No Legs, No Worries", serta film "The Butterfly Circus."

"Saya telah memberikan berbagai jenis motivasi kepada orang-orang, berdasarkan pengalaman hidup saya," pungkas Nick di akhir wawancara. "Namun, ada satu hal yang selalu saya katakan pada mereka: ‘Terimalah dan cintai diri kamu sendiri.' Jika satu orang saja bisa melakukannya, kemudian merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidup serta ingin berguna bagi orang lain, saya merasa bahwa sebagian tugas saya di dunia ini telah terselesaikan."

dari berbagai sumber di internet

Kamis, 01 Maret 2012

25 Aktivitas Agar Pelatihan Lebih Menarik

Dalam “The Trainers Survival Guide: 25 Activities to Make Lecture Base Program Active” berisi 25 Aktivitas Pelatihan bagi para trainer untuk dapat ‘survive’ dikala pelatihan. Tidak dipungkiri bahwa kadang-kadang terjadi ‘lag’ atau ‘blank’ atau grogi mendadak yang menyebabkan adanya waktu ‘sunyi’ yang dirasakan oleh peserta yang hadir pada saat pelatihan.
Berikut ada 25 tips aktivitas pelatihan yang dapat digunakan agar kelas menjadi lebih hidup:

1. Question for another group.

Pertanyaan diajukan oleh satu kelompok untuk kelompok lainnya. Caranya, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian, tiap-tiap kelompok membuat pertanyaan dari materi pelatihan yang telah diberikan untuk dijawab oleh kelompok lain. Hasil jawaban didiskusikan dalam diskusi kelas.

2. How to Use this at Work.

Bagi lah kelas menjadi beberapa kelompok. Kemudian, untuk setiap kelompok diberi tugas untuk menulis rencana aplikasi yang paling tepat yang akan mereka aplikasikan setelah pelatihan selesai. Hasilnya didiskusikan terlebih dahulu dalam kelompok kecil, kemudian di diskusikan di dalam kelas. Jika ada hal-hal yang kurang ‘pas’ mengenai aplikasi yang mereka rencanakan, bisa jadi materinya kurang ‘pas’ pula buat kelas ini.

3. Case Studies.

Tiap-tiap kelompok mendapat studi kasus yang berbeda-beda dengan materi yang telah disampaikan oleh fasilitator. Bila diperlukan, tunjukkan pula di bagian mana dan oleh materi yang mana seharusnya mereka menjawab kasus yang diberikan. Kemudian, tiap-tiap kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi mereka masing-masing.

4. Stump the Trainer.

Peserta diminta untuk mendebat fasilitator. Pilihan Anda untuk menentukan apakah kelas dibagi menjadi kelompok atau perorangan. Peserta diminta untuk membuat pertanyaan yang berdasarkan pada materi yang telah diberikan kepada fasilitator. Pertanyaannya bisa yang sifatnya basic atau aplikasi. Aktivitas ini akan lebih membuka mata trainer sampai dimana kemampuan daya serap peserta. Selain itu di materi yang mana kita harus lebih detail dan mendalam.

5. Turn to Your Neighbor.

Peserta diminta mendiskusikan materi yang telah disampailkan fasilitator dengan peserta lain yang duduk bersebelahan untuk dua sampai tiga ide utama. Minta mereka untuk menuliskan jawaban agar mereka lebih fokus dan lebih paham akan materi yang telah diberikan.

6. Quick Quiz.

Setelah beberapa bagian materi selesai dibahas, adakanlah kuis dadakan dengan jumlah soal 5-6 dari materi yang telad disampaikan. Bisa dikerjakan secara individu, bisa pula dikerjakan berkelompok. Agar mereka lebih aktif minta mereka mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu sebelum dibahas di kelas.

7. Fill in the Blank.

Teknik ini cocok digunakan bila Anda sedang memberi sesi kuliah. Caranya, modul yang Anda berikan kepada peserta jangan semuanya dilengkapi. Tetapi berilah bagian-bagian kosong agar peserta menyimak saat Anda memberikan penjelasan. Sebagian besar orang tidak menyukai jika ada bagian modul mereka yang masih kosong. Jadi, mereka akan mengisinya dengan informasi yang Anda berikan di kelas.

8. Crossword Quiz.

Setelah sesi selesai, berikanlah teka teki silang kepada tiap peserta. Berilah waktu yang cukup agar mereka menyelesaikannya. Karena, waktunya sangat tergantung dari tingkat pendidikan peserta dan kerumitan teka-teki yang Anda berikan. Untuk lebih menarik minat peserta, berikanlah hadiah kepada orang pertama yang jawabannya benar semua.

9. Find the Question | Find the Answer.

Bagilah kelas menjadi dua kelompok. Kelompok 1, mintalah berdiri untuk mengambil kartu yang sudah Anda siapkan. Kemudian, mintalah kelompok 2 untuk bergantian maju untuk mengambil sisanya. Minta mereka untuk menemukan kartu pasangannya di kelompok yang lain.

10. You Read It. You Teach It.

Tips ini cocok bila Anda ingin ‘mengubah’ suasana kelas. Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok. Kemudian, untuk tiap kelompok bagilah materi yang harus mereka presentasikan secara kelompok. Berilah waktu kira-kira 12-20 menit untuk melakukan persiapan. Saat mereka selesai melakukan presentasi, Anda bisa menambahkan hal-hal bisa memperkaya presentasi yang telah mereka lakukan. Penting: ini hanya cocok untuk materi non teknikal.

11. Put It Together.

Saat proses pembelajaran, bagilah kartu-kartu yang menjelaskan urutan proses dari materi yang Anda sampaikan. Bagilah secara acak. Kemudian, saat penjelasan selesai, mintalah mereka berbaris secara berurutan sesuai dengan urutan proses yang telah Anda jelaskan. Setalah mereka berbaris, mintalah orang yang berada di urutan tersebut untuk menjelaskan prosesnya. Tambahkan keterangan yang bisa memperkaya pembelajaran bila perlu.

12. Four Questions.

Letakkan 4 flipchart di dalam ruangan. Masing-masing dengan pertanyaan yang berbeda. Bagilah kelas menjadi empat kelompok. Mintalah tiap-tiap kelompok untuk berdiri di dekat flipchart masing-masing. Berilah masing-masing kelompok spidol warna yang berbeda dan berilah waktu 5 menit bagi tiap kelompok untuk berdiskusi menjawab pertanyaan yang diberikan. Setelah waktu habis mintalah tiap kelompok berkeliling untuk melihat jawaban kelompok lain dan menambahkan jawaban yang diperlukan.

13. What I Find Most Difficult.

Aktivitas ini mirip aktivitas Four Questions, namun bukan pertanyaan yang ditulis di flipchart, tetapi topik dan sub topik yang telah Anda bawakan. Peserta diminta untuk maju ke flipchart dan memilih topik yang mereka anggap paling sulit. Kemudian, disebelahnya minta mereka menulis secara spesifik di bagian mana dari topik tersebut yang sulit. Kemudian, setelah mereka duduk kembali, jelaskanlah kepada mereka akan topik tersebut kembali. Keuntungan aktivitas ini, Anda dapat melihat efektivitas pengajaran Anda sekaligus menemukan ‘kerikil-kerikil sandungan’ dari materi yang Anda bawakan.

14. Demonstrate and Graduate.

Ada pepatah berbunyi: sebuah gambar mewakili ratusan kata. Sedangkan demo, simulasi, video, mewakili ribuan kata. Untuk menunjukkan hal ini buatlah sebuah demo atau video yang behubungan dengan materi yang sedang dibawakan. Jika memungkinkan, dalam sesi demo ajaklah peserta terlibat aktif. Kemudian tanyalah peserta mengenai demo / video yang telah mereka saksikan.

15. Most | Least Useful.

Buatlah enam sampai tujuh isu krusial dari materi yang Anda bawakan dan tuliskan di beberapa kertas flipchart yang terpisah. Kemudian tempelkan di sekeliling dinding ruangan. Kemudian, mintalah peserta mengamatinya dan memilih mana yang menurut mereka yang paling tepat dapat diaplikasikan di aktivitas keseharian. Minta mereka menuliskan alasannya di selembar kertas.
Reviewlah beberapa jawabannya. Lalu dengan penjelasan yang Anda berikan minta mereka memilih mana yang paling mungkin dilakukan. Ulangi aktivitas ini sampai semua jawaban dibahas. Selama review, Anda bisa menghilangkan ‘gap’ yang terjadi antara pemahaman mereka dengan konsep yang telah Anda sampaikan.

16. Best Summary.

Bagilah kelas ke dalam kelompok – kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 7 orang. Berilah mereka topik bahasan dalam selembar kertas yang berbeda-beda untuk setiap kelompok. Minta mereka mendeskripsikan topik yang Anda beri dengan bahan dari materi yang telah Anda sampaikan. Setelah semua kelompok selesai, reviewlah dalam kelas sehingga kelompok yang lain dapat menambahkan.

17. Pretest.

Sebelum kelas dimulai, bagika pretest kepada peserta, minta mereka menjawab sebisa mereka (karena materi belum disampaikan). Setelah selesai, anda dapat memulai pembahasan materi dengan memberikan jawaban yang benar bagi tiap soal.

18. Jeopardy.

Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok dan tugaskan mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di layar (pertanyaan ini sudah Anda siapkan sebelumnya). Siapkan uang-uangan dengan nilai yang berbeda-beda. (Misal: Rp. 200, 400, 800, 1000). Group yang paling benar mendapatkan nilai tertinggi sedangkan yang kurang benar mendapatkan nilai dibawahnya. di akhir sesi, kelompok yang mempunyai nilai paling tinggi yang menang.

19. What It Is | Why It’s Good | What Could Go Wrong.

Bagilah kelas kedalam tiga kelompok. Kelompok I diberi tugas untuk menyiapkan key points dari materi yang sudah Anda presentasikan. Kelompok II diberi tugas untuk bagaimana menjalankan / mengaplikasikan materi yang telah Anda berikan. Kelompok III diberi tugas untuk mencari jawaban hal buruk apa yang terjadi sekiranya mereka tidak menjalankan apa telah Anda sampaikan.

20. Best Answer.

Bagilah kelas menjadi 3-5 kelompok. Berilah tiap kelompok beberapa kertas warna yang berbeda dalam jumlah tertentu. Misalnya: 3 set kertas merah, 3 set kertas hijau, 3 set kertas biru. Tetapi, warna dalam satu kelompok harus sama. Kemudian, mintalah tiap kelompok membuat pertanyaan bagi kelompok yang lain yang ditulis di kertas warna yang disediakan. Jumlah pertanyaannya sejumlah kertas warna. Kertas warna yang telah diberi pertanyaan kemudian dimasukkan kedalam tas dan tas itu kemudian diputar ke kelompok yang lain. Tiap kelompok wajib menjawab pertanyaan yang diberikan dalam 1 set kertas warna. Demikian pula kelompok yang lain. Setelah tas kembali ke kelompok asal, maka kelompok yang memberi pertanyaan menghitung nilainya. Group yang jawabannya paling banyak benarnya, dia yang menang.

21. BINGO.

Gunakan aktivitas ini selama sesi pelatihan. Catatlah pointers penting selama sesi dan tuliskan dalam kartu BINGO. Ketika peserta mencapai bingo (dengan aturan yang Anda modifikasi sendiri) maka permainan berakhir.

22. Practice Case (Role Play).

Jangan sebut hal ini dengan Role Play! Karena peserta pasti tidak akan benar-benar suka melakukannya. Gantilah dengan Kasus Aplikasi / Praktek. Role play hanya akan baik hasilnya jika persiapan matang telah dilakukan. Seringkali yang terjadi adalah kelompok ‘memilih’ wakilnya untuk memerankan role play yang diberikan. Dengan menggantinya dengan istilah Praktek maka akan mengurangi ‘resiko’ dan dapat mengeluarkan potensi peserta lebih banyak karena labih banyak yang ingin terlibat. istilah ini juga mengurangi ketidaksukaan peserta ketika mereka diharuskan melakukan role play padahal mereka sedang tidak ingin melakukannya.

23. Two Truths and a Lie.

Bagilah kelas kedalam kelompok kelompok yang beranggotakan 3 – 7 orang. Minta mereka mendiskusikan 3 pointers akan materi yang baru disajikan dan menuliskannya di flipchart. Dua berisi pernyataan yang benar dan satu pernyataan salah. Kemudian mereka berkeliling ke flipchart yang lain dan mereka harus menebak mana yang benar dan mana yang salah. Tutup dengan final review.

24. Both Sides of the Issue.

Buatlah flipchat dengan huruf ‘T’ yang besarnya maksimal. Kemudian tulislah topik diatas huruf ‘T’ yang dibuat. Kemudian di huruf ‘T’ yang kiri dan kanan, isilah dengan isu yang berlawanan (both side) Misalnya: diatas huruf ‘T’ isinya Presentation Skill. Di ‘T’ kiri berisi “Hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk membuat presentasi yang menarik?. Maka ‘T’ kanan berisi “Hal apa saja yang bisa membuat presentasi menjadi buruk? Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok dan minta mereka membahasnya.

25. Crumpled Question Toss Penting.

Aktivitas ini akan berjalan baik jika Anda benar-benar menguasai materi. Berilah peserta selembar kertas dan minta tiap orang untuk menuliskan pertanyaan mengenai materi yang telah Anda sajikan. Kemudian, mintalah mereka meremasnya menjadi gulungan bola kecil dan melemparkannya (pelan-pelan) ke peserta lain. Peserta yang terkena lemparan wajib membuka kertas tersebut harus menjawab pertanyaan yang tertulis. Tambahkan keterangan yang diperlukan.

Semoga Bermanfaat bagi kita semua
kami dapatkan dari berbagai sumber di internet

TEHNIK BEKERJA ALA LEBAH MADU

Lebah adalah serangga mungil yang tidak mampu berpikir. Akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa kesalahan sedikitpun.

Kesulitan terbesar dalam pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama adalah penyiapan jadwal kerja serta pembagian tugas dan tanggung jawab. Dalam sebuah pabrik, misalnya, terdapat struktur jabatan yang rapi di mana para pekerja melapor pada mandor, para mandor melapor pada insinyur, para insinyur melapor pada manajer pelaksana dan para manajer pelaksana melapor pada manajer umum. Pengoperasian pabrik yang efisien memerlukan banyak tenaga kerja dan dana; pembuatan rencana jangka panjang dan pendek; serta pengumpulan data statistik. Produksi dilakukan berdasarkan rencana produksi yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengawasan kualitas dilakukan di setiap tahapannya. Setiap insinyur, manajer dan manajer pelaksana memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada posisi mereka masing-masing.

Akan tetapi, setelah segala persyaratan ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya beberapa ratus tenaga kerja saja yang mampu bekerja bersama secara harmonis.

Demikianlah, pembentukan kerja sama di antara beberapa ratus manusia cerdas dengan gagasan mereka masing-masing memerlukan perencanaan yang rumit dan biaya mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membangun sistem organisasi sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia.

Tidak seperti manusia, lebah tidak mendapatkan pendidikan atau pelatihan apapun. Begitu lebah lahir, ia dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya. Karyawan pabrik bekerja untuk mendapatkan gaji pada akhir bulan. Sementara itu, seekor lebah tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan yang dilakukan karyawan pabrik, baik sebagai pekerja biasa ataupun manajer pelaksana, terbatas hanya pada jam kerja tertentu dan mereka berhak mendapatkan masa liburan. Sebaliknya, lebah bekerja sepanjang hidup, tanpa istirahat, demi kepentingan dan kebaikan sesamanya.

Tidak diragukan lagi, Allah, Dia-lah yang menjadikan masing-masing dari puluhan ribu lebah tersebut bekerja harmonis tanpa henti, layaknya roda-roda gigi dalam sebuah mesin. Dalam sebuah ayat, Allah mengingatkan manusia tentang segala nikmat yang Allah berikan kepada manusia melalui hewan ciptaan-Nya: “Dan Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yaasiin, 36:72-73).

Rata-rata, sekitar 60-70 ribu lebah hidup dalam sebuah sarang. Walaupun populasi yang demikian padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi.

Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, pejantan dan ratu. Lebah pekerja boleh dikata mengerjakan seluruh tugas dalam sarang. Sejak saat dilahirkan, para lebah pekerja langsung mulai bekerja, dan selama hidup, mereka melakukan berbagai tugas yang berganti-ganti sesuai dengan proses perkembangan yang terjadi dalam tubuh mereka. Mereka menghabiskan tiga hari pertama dalam hidup mereka dengan membersihkan sarang.
Kebersihan sarang sangatlah penting bagi kesehatan lebah dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang seluruh bahan berlebih yang ada dalam sarang. Saat bertemu serangga penyusup yang tak mampu mereka keluarkan dari sarang, mereka pertama-tama membunuhnya. Kemudian mereka membungkusnya dengan cara menyerupai pembalseman mayat. Yang menarik di sini adalah dalam pengawetan ini lebah menggunakan bahan khusus yang disebut “propolis”. Propolis adalah suatu bahan istimewa karena sifatnya yang anti bakteri sehingga sangat baik digunakan sebagai pengawet.

Bagaimana lebah tahu bahan ini adalah yang terbaik sebagai pengawet, dan bagaimana mereka mampu menghasilkannya dalam tubuh mereka ?

Propolis adalah bahan yang hanya dapat dihasilkan dalam kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat pengetahuan ilmu kimia yang cukup tinggi. Nyata bahwa lebah sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam tubuhnya.

Lebih jauh lagi, lebah pekerja bertanggung jawab memeriksa sel–sel yang akan digunakan sang ratu untuk meletakkan telurnya. Selain itu, lebah pekerja juga bertugas mengumpulkan kotoran yang ada dalam sel-sel yang telah ditinggalkan oleh para larva yang telah lahir, serta membersihkan sel penyimpan makanan. Lebah–lebah tersebut juga mengatur kelembaban dan temperatur di dalam sarang, jika dibutuhkan, dengan kipasan angin melalui kepakan sayap mereka pada pintu masuk sarang.

Penting untuk diketahui bahwa seluruh tugas yang membutuhkan spesialisasi ini dilakukan oleh lebah pekerja berumur 3 hari yang bertanggung jawab dalam kebersihan.

Lebah pekerja menghabiskan waktunya setelah 3 hari pertama tersebut dengan merawat para larva. Saat mereka menjadi lebih dewasa, beberapa kelenjar sekresi dalam tubuh mereka mulai berfungsi; ini memungkinkan mereka untuk merawat larva. Seluruh tugas yang berhubungan dengan perawatan larva ini dikerjakan oleh lebah pekerja yamg berumur 3 sampai 10 hari. Mereka memberi makan sebagian larva dengan royal jelly, dan sebagian lagi dengan campuran madu-serbuk sari. Mahluk hidup yang baru lahir ini telah mengetahui tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memiliki pengetahuan untuk mengerjakannya dengan cara yang sangat profesional.

Sang lebah berganti tugas saat ia tumbuh lebih dewasa. Ketika mencapai hari ke 10 dari masa hidupnya, kelenjar penghasil lilin dalam perut lebah pekerja mendadak telah matang sehingga ia mampu menghasilkan lilin. Pada saat itulah seekor lebah menjadi pekerja pembangun sel-sel penyimpan madu dengan menggunakan lilin.

Fenomena ini memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin seekor makhluk hidup yang baru saja lahir, dan, lebih dari itu, yang tidak memiliki kecerdasan dan pengetahuan ini benar-benar memahami seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya? Bagaimana tubuh seekor hewan tiba–tiba dapat teradaptasikan untuk merawat dan memberi makan larva dengan berfungsinya beberapa kelenjar sekresi, padahal sesaat sebelumnya ia terprogram untuk melakukan tugas kebersihan? Bagaimana seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah larva, dapat berpikir dan merencanakan segala tugasnya tersebut? Bagaimana tubuhnya dapat dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah menjadi pekerja konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan pada penghitungan rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan oleh manusia sekalipun.

Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri yang melakukan perhitungan berdasarkan kecerdasannya sendiri. Begitulah, ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Allah, Pencipta Yang Mahaperkasa.

Sumber: Harun Yahya

Senin, 27 Februari 2012

JARAK KIAN JAUH


ada yg hilang
ketika mendung datang
iklim segera berubah
senyum bukan lagi
dari hati yang teduh
jarak kian jauh...
semua keikhlasan
seperti hilang percuma
tapi,
sudahlah...!
mari kita berdo'a;
agar mendung membawa
hujan penuh rahmat

Kota Juang, 27 Februari 2012 karya mukhlis abi fildza
kpd yang menjaga jarak...:-)