Jumat, 21 Juni 2013

LANGIT BELUM RUNTUH

langit belum runtuh
sunset tetap tersenyum
sambut malam penuh bintang
jangan bersedih, kawan!
malam tidak selalu kelam
sambut pagi berikutnya
dengan mimpi yang baru

hei, kawan!
tetaplah tersenyum

Bireuen, 21 Juni 2013 karya mukhlis aminullah

Kamis, 20 Juni 2013

DIALOG IMAJINER DENGAN AYAH

"Assalamu 'alaikum, ... Mukhlis dimana sekarang" dari balik telpon, ayah saya menyapa

Seperti biasa, tanpa berlama-lama, saya langsung menjawab sapa ayahanda
"Saya sekarang sedang di tempat orang meninggal, Yah. Cutmi Idi, isteri Tgk H.Usman Maqam di Geurugok telah berpulang ke Rahmatullah"

"Oooo, berarti beliau telah menyusul ayah. Beliau itu dekat dengan ayah. Saat ayah muda dulu, kami sering sekali ke rumah Tgk.H.Usman Maqam....Innalillahi wainna ilaihi raji'un" sambung ayah saya kemudian

"Ada apa Ayah? Nelpon saya malam-malam" saya balik bertanya

"Oooo, tidak. ayah hanya gelisah. Entah mengapa ayah teringat padamu terus dalam 2 hari ini. Bagaimana kabar mamakmu dan adik-adikmu?"

"Alhamdulillah, mereka sehat semua, Yah..., hanya mamak yang masih sakit kakinya. Tapi tadi pagi sudah diperiksa oleh dokter di RSU Fauziah. Kan mamak rencana haji tahun ini, Yah....harus diperiksa..." saya menerangkan panjang lebar

"Terus apa semua administrasi BPIH sudah kamu bayar?"

"Sudah, Yah, sudah saya bereskan kemarin itu tanggal 11 Juni..."  saya jawab soal haji mamak

"Terus, soal seleksi KIP, sudah sejauh mana??"  beliau bertanya ke wilayah yang agak sensitif bagi saya dalam 3 hari terakhir.

"Saya belum berhasil jadi Anggota KIP, Yah....maafkan ananda yang belum bisa memenuhi janji pada ayah untuk kembali ke KIP"

"Jadi! Mukhlis tidak lulus??????"    spontanitas suara beliau agak tinggi. Tidak seperti biasanya. Beliau orang yang lembut tutur katanya.

Kemudian saya terdiam. Agak lama saya merenung, sambil mencari kata-kata yang pas untuk bisa menjawab pertanyaan beliau. Karena beberapa kali saya pernah menolak ajakan beliau, masuk Partai Politik. Pada saat ayah saya masih hidup, saya pernah diajak masuk menjadi kader Partai, tapi saya selalu menolak demgan alasan saya ini bekerja sebagai Fasilitator Masyarakat yang tidak dibolehkan menjadi kader Partai. Sejujurnya saya memang menunggu kesempatan menjadi Komisioner KIP, setelah gagal tahun 2008.

Karena lama saya merenung, sehingga beliau menanyakan lagi.

"Kenapa kamu diam, nanti habis pulsa ayah ini...apa benar kamu tidak lulus????"

"Benar, Ayah....maafkan ananda"   nafas saya mulai tidak teratur. Sedih juga.

"Mungkin Allah belum mengizinkan saya di KIP, Ayah...."  saya menerangkan lebih lanjut

"Nilai tes tulis kamu bagus. Uji Baca Al Qur'an bagus, Wawancara juga bagus. Kamu punya pengalaman. Track record bagus, apa pasal yang membuat kamu tidak lulus???"

"Dan, ayah sudah merasa yakin kamu lulus. Kenapa????" beliau memburu jawaban

"Saya tidak tau, Ayah. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ayah, selain menyerahkan jawaban kepada Allah SWT, kenapa saya tidak lulus..."

"Benar. Semua kita harus berserah diri pada Allah SWT semata. Tapi, secara teknis, kamu kan tahu, apa sebabnya?"  beliau masih terus bertanya

"Lagi pula, selain karena hal-hal tersebut, mereka seyogiyanya juga mengingat ayah, yang pernah 4 tahun bersama-sama. Memang hal ini tidak termasuk dalam kriteria kelayakan. Tapi dengan 'membantu' Mukhlis, tentu akan merekatkan hubungan psikologis dengan ayah. Ada historis antara ayah dengan mereka..."   ayah saya menerangkan panjang lebar.

"Mereka telah berusaha membantu, Yah...tapi memang takdir menentukan lain. Kami juga tak tahu mengapa bisa demikian"     saya masih berusaha menjelaskan.

"Ya sudah, kalau begitu. Walaupun ayah sangat kecewa, ayah tetap berharap kamu tegar menerima keputusan apapun. Semua rahasia memang ada pada Allah SWT, Tuhan sekalian alam, Sang Maha Mengetahui. Sabar iya...masih ada kesempatan lain"

Saya kembali terdiam menerima nasehatnya.  Kemudian tidak sanggup lagi menjawab, sehingga saya minta pamit

"Ayah, maaf. Kalau boleh nanti lain kali saya sambung. Ini masih di tempat orang meninggal di Geurugok. maafkan saya, Ayah...!"

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."   jawab ayah saya di seberang

MENYIKAPI KEGAGALAN


Mendengar keluhan beberapa teman saya, sejak siang kemarin sampai dengan tadi malam, bahwa tidak lulus menjadi Anggota KIP Bireuen adalah sebuah kegagalan. Dan satu dua teman, mempersalahkan hal-hal tertentu sebagai biang kegagalan, terutama terkait politis.  Iya, karena hal ini berada dalam ruang politik, sebenarnya sah-sah saja mengaitkan kegagalan dengan unsur politis. Tapi, saya ingin mengajak teman-teman melihat dengan cara berbeda.

Banyak orang akan berfikir bahwa kegagalan itu sesuatu yang sia-sia dan akhir dari segala-galanya. Padahal bila dipandang, secara bijak, kegagalan yang dihadapi justru dapat memberi manfa’at bagi kita dan pengaruh bagi orang lain.
  • Kegagalan adalah bahan evaluasi diri dan bekal dalam melanjutkan langkah hidup maupun awal perjuangan.
  • Kegagalan adalah pengalaman yang pahit yang merupakan pelajaran berharga bagi kita untuk tidak mengulangi kembali kegagalan yang sama.
  • Kegagalan dapat menjadi motivasi atau cambuk agar lebih maju.
Orang yang takut gagal ibarat orang yang sudah kalah sebelum berperang dan apa  yang ditakuti dari kegagalan? Bangkrut, kalah atau mati. Tapi sebelum mati jadilah pejuang dahulu dengan berani bertarung menghadapi segala tantangan untuk mencapai kebenaran dan keadilan.

Secara alamiah, manusia itu dari sejak balita hanya di beri dua ketakutan, yang pertama takut jatuh dari tempat yang lebih tinggi dan yang kedua takut terhadap suara yang bergemuruh. Tetapi seiring dengan bertambahnya umur karena proses sosialisasi, maka rasa takut itu semakin berkembang dan beragam. Langkah yang baik adalah mengelola ketakutan itu menjadi hal-hal yang positif dan aman yang dinamakan kebranian, menghadapi ketakutan beragam resiko berupa kegagalan – kegagalan, hendaknya rasa takut tersebut dapat dikelola dengan sebaik-baiknya dan penuh keberanian agar bisa menghasilkan keuntungan dan hal-hal yang positif .

Tetapi hendaknya diingat bahwa untuk gagal bukan berarti kita suka dengan kegagalan yang disengaja atau kita gagal karena tidak pernah berusaha secara optimal . Bukan itu maksudnya! Gagal disini artinya dalam rangka mencapai tujuan, secara sadar segala daya dan upaya sudah dilakukan secara optimal, waktu, tenaga, pikiran, dan materi dikerahkan secara maksimal, kemudian tujuan belum dicapai atau gagal. Kegagalan ini pun kadang-kadang sudah diantisipasi dengan melakukan tindakan preventif dan sudah siap untuk diterima. Inilah resiko yang dinamakan resiko yang diperhitungkan.

Bagi teman-teman yang gagal menjadi Anggota KIP Bireuen, bukan berarti dunia sudah "kiamat". Percayalah anda tidak lulus bukan berarti anda tidak layak menjadi Anggota KIP Bireuen. Anda hanya "tidak layak" dalam dalam Uji Kelayakan & Kepatutan yang dilaksanakan oleh DPRK....! Yaitu sebuah tes dengan cara wawancara dengan masing-masing calon selama 15 s.d 20 menit. Yakinlah, cara tes seperti, secara psikologis, tidak bisa menjustifikasi bahwa anda, tidak layak. Kita sangat pantas berada dalam 5 (lima) besar.

Kenapa anda tidak lulus? atau kenapa anda gagal?   itu karena "kualifikasi" yang dibutuhkan tidak sesuai dengan kualifikasi anda.

Dengan kejujuran, ketabahan, kegigihan dan tetap bermodalkan semangat, optimisme, keinginan untuk belajar, serta do’a kepada Allah Yang Maha Kuasa, seorang selalu berjuang untuk bisa meraih tujuan melalui proses yang harus dilakukan.

Masih banyak ruang lain untuk berbakti kepada negeri. Anda sebenarnya Tidak Gagal, hanya saja anda belum berhak pada kualifikasi ini. Tempat atau bidang lain membutuhkan kemampuan dan kualifikasi anda.

salam hangat
mukhlis aminullah