Rabu, 26 Juni 2013

TERKENANG AYAH & KEBIASAANYA

seperti biasa, aku masih melihat
engkau menduduki kursi panjang di teras rumah
ketika aku pulang membawa dua atau tiga
orang cucu perempuanmu, segera pula
engkau segera meraih dan menggendong
tentu saja, anakku yang terkecil
Huwaida Haffiya yang berumur delapan bulan
"sayang Pak Nek, sayang Pak Nek....!" katamu
dan si kecil yang belum bisa bicara apapun
damai dalam dekapan Kakeknya
itu kenangan!         hmmmm...!.

seperti biasa, aku masih merasa
sapaan hangat lembut bertutur kata
ketika engkau menelpon memberitahu satu berita
atau sekedar menanyakan keadaan cucu-cucumu
dan kadang pula sekedar mengingatkan
bahwa aku sudah lama tidak pulang kampung
"jenguklah Ibumu....Ibumu sakit!"
dan aku segera meminta maaf, sejujurnya
akulah yang harus menelponmu
dan tidaklah perlu diingatkan selalu,
menjenguk ibu yang sakit, kewajibanku...!
itupun sebuah kenangan!          hmmmm.....!

aku masih ingat, beberapa bulan lalu
kita terlibat diskusi serius di teras rumahku
dan panjang sekali engkau menarik nafas
tidak bisa juga engkau menjawab tentang
peluang aku kembali ke rumah masa lalu;
melakoni pekerjaan lama
seakan beban berat sedang engkau pikul
dan, pastilah itu sangat sulit!!
karena menjawab pertanyaanku adalah
sebuah perjanjian
............hmmmmm.....!
"kalau tidak bisa, jangan jadi beban Ayah" ucapku
kemudian malah engkau berjanji akan
mencoba membuka ruang dengan cara
tidak merusak tatanan dan aturan
seketika akupun sangat memakluminya
ah, aku masih terkenang hal itu!
tentang lelaki bijak ini, aku salut!

masih terekam dalam ingatan
menjelang hari Meugang setiap tahun
selalu saja engkau mengirim pesan
agar jangan membeli daging di Bireuen
"kalian Meugang di rumah ayah saja, biar
mamak si Fildza yang masak daging untuk ayah!"
entah mengapa masakan menantu perempuanmu
sangat terkesan dilidahmu, akupun tersanjung  :)
dan benar saja, kami sekeluarga memang
tidak pernah Meugang di rumah kami
permintaan ayah selalu sulit dibantah,
dan kami merayakan awal Ramadhanpun
bersama-sama ayah

ughhhh, banyak kenangan tentangmu, ayah!
aku tak sanggup lagi menukilkan kisah ini
dan aku ingin berhenti sejenak
dengan mata terpejam aku tarik nafas
segera saja setelah ini, aku ingin ke sajadah
dan mengirim do'a untukmu, Ayah......!
Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaarabbayaani saghira...

Leubu, 26 Juni 2013 karya mukhlis aminullah
sebuah kenangan tentang ayahanda saya