Jumat, 02 Mei 2014

LALAI

akh!
aku mengaku kalah
dan kuberjanji akan membalas
pada kesempatan selanjutnya
dengan doa-doa
dengan tasbih
dan shalat Jum'atku
adalah permulaan
mengalahkan syaithan-syaithan

Bireuen, 02 Mai 2014 mukhlis aminullah

BERCERMIN DIRI

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh , sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat
Tatkala kutatap wajah , hatiku bertanya . Apakah wajah ini yang kelak akan
bercahaya bersinar indah di surga sana ?
Ataukah wajah ini yang kelak akan hangus legam di neraka Jahannam
Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan….
Menatap Allah , menatap Rasulullah , menatap kekasih-kekasih Allah kelak ?
Ataukah mata ini yang terbeliak , melotot , menganga , terburai menatap
Neraka Jahannam………..
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan ?
Wahai mata , apa gerangan yang kau tatap selama ini ?
Tatkala kutatap mulut , apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh
kerinduan .. Mengucap laa ilaaha ilallah saat malaikat maut datang
menjemput ?
Ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur , dengan lengking
jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar.
Ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zaqum jahannam ..yang getir
penghangus , penghancur setiap usus.
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang ?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan ?
Berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang
mengiris tajam
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu
yang engkau ucapkan untuk menipu ?
Betapa jarang engkau jujur.
Betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu.
Tatkala kutatap tubuhku.
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya …
Bersinar , bersukacita , bercengkrama di surga ?
Atau tubuh ini yang akan tercabik-cabik hancur , mendidih , di dalam lahar
membara jahannam , terpasung tanpa ampun , derita yang tak pernah berakhir
Wahai tubuh , berapa banyak maksiat yang engkau lakukan ?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu ?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau
tindas dengan kekuatanmu ?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan tanpa peduli
padahal engkau mampu ?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas ?
Ketika kutatap hai tubuh
Seperti apa gerangan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu
Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu
Apakah hatimu segagah ototmu
Atau selemah daun-daun yang mudah rontok
Ataukah hatimu seindah penampilanmu
Ataukah sebusuk kotoran-kotoranmu
Betapa beda ..betapa beda …apa yang tampak di cermin
dengan apa yang tersembunyi
Betapa beda apa yang tampak di cermin dan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu , aku tertipu oleh topeng
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah topeng belaka
Betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng
Betapa yang indah ternyata hanyalah topeng..
Sedangkan aku … hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu , aku malu ya Allah
Allah ..selamatkan aku..Amin ya Rabbal ‘alamin

oleh : Aa Gym

Selasa, 29 April 2014

HARI-HARI TERAKHIR RASULULLAH

Detik-detik Rasulullah S.A.W menjelang sakratul maut

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku. “

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua, ” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam, ” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya, ” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.

Dialah malakul maut, ” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? “Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, “kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini? “Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya, ” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. ” Lirih Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril? “Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “
Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal, ” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. ” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu. “

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wasalim ‘alaihi
*****
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Sumber: riyaadhul-jannah.blogspot.com

PESAN DARI KOTAK SUARA

kepada para petualang, mohon maaf!
kotak suara sudah kami tutup
silahkan bawa uangmu
lima tahun yang akan datang

Jakarta, 29 April 2014 mukhlis aminullah

puisi ini ditujukan kpd "kotak suara" yg bertabi'at buruk, bagi yg berkinerja baik, jangan marah,....

Senin, 28 April 2014

SIAPAKAH BANI ISRAIL ITU?


Bani Israil secara spesifik adalah suatu kaum, ras yang sekarang dikenal menghuni negara Israel. Sekalipun keturunan bani israil/yahudi sebenarnya telah tersebar di setiap penjuru dunia. Mengapa istilah tentang bani Israil ini sangat banyak diungkapkan oleh Al-Qur’an? Adakah pelajaran yang dapat kita ambil?

Al-Qur’an tidak menggunakan kata-kata Bani Ya’qub untuk menyandingkan kaum Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi Al-Qur’an menggunakan istilah Bani Israil. Kata Israil sendiri memiliki makna “hamba Allah” atau “manusia pilihan”. Seakan Allah hendak memanggil mereka dengan kata-kata “Bani Abdullah” atau “Bani Shafwatullah”, yang keduanya mengandung peringatan agar mereka meniru nenek moyang mereka yang saleh (lihat: The Unity of Al-Qur’an, Amir Faishol Fath). Sekalipun dalam kenyataannya, Bani Israil adalah kaum yang sering melanggar perintah dan janji serta membuat pusing pimpinannya yakni Nabi Musa as.

Terminologi Bani Israil sangat banyak diungkapkan di dalam Al-Qur’an. Secara bahasa, isra’, asri’ seperti tercantum dalam surat Al-Isra ayat 1:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan (asra’) hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidilharam ke Al-Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. 17:1)

Dari ayat di atas, istilah isra’ berarti memperjalankan di malam hari. Jadi secara bahasa, bani israil adalah kumpulan orang, bangsa (bani) yang sedang “diperjalankan” di malam hari. Bani israil dalam sejarahnya adalah umat Nabi Musa as. yang berada dalam ketertindasan oleh kekuasaan Fir’aun (pharaoh). Terbukti dengan deklarasi kekuasaan Fir’aun kepada rakyat Mesir: ‘Akulah Tuhanmu (Rabb) Yang Tertinggi’ (Q.S. 79:24).

Mari kita lihat sejenak perjalanan Bani Israil melalui beberapa pembabakan zaman. Pertama, zaman exodus, yakni pengejaran dan penindasan yang dilakukan oleh Fir’aun. Kedua, zaman mesada, yakni penindasan dan pembantaian di bukit Romawi oleh Imperium Romawi. Ketiga, zaman diaspora, yakni masa perantauan ke tanah Kan’an dan menyebar di segala penjuru dunia. Keempat, holocaust, masa-masa fasis dan hitler-isme.

Hingga akhirnya sampailah pada gagasan tentang sebuah kedaulatan Yahudi (konferensi di Basel, 1897) dalam bentuk Negara Israel. Cita-cita pendirian Negara ini pun didasari atas semangat zionis untuk menguasai dunia atau bahkan lebih tepatnya memperalat dengan segala rekayasanya.

Yahudi/Bani Israil hanya karena tujuan yang sifatnya duniawi ternyata mampu membangun sebuah konspirasi yang mengerikan (lihat : Holocaust Industry, Norman Finkelstein). Mereka mampu merekayasa dan mengarahkan rasa takut yang ada pada manusia sehingga jauh dari konsep Tauhid. Orientasi hidup manusia pun menjadi dunia (materi) lewat sistem yahudi yang sudah didesain hampir seabad lampau. Padahal dalam sejarahnya, bani Israil adalah bangsa yang selalu terusir. Akan tetapi kini nampaknya ide mereka begitu kuat tertancap di jantung-jantung dunia Islam.

Benarlah hadits yang diucapkan Rasulullah jauh-jauh hari: “Hampir-hampir ummat-ummat (di luar kalian) mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni hidangannya. Ada yang bertanya kepada Nabi, “Apakah disebabkan jumlah kita sedikit pada saat itu?”. Rasulullah saw. menjawab, “Bahkan kalian pada hari itu jumlahnya banyak, akan tetapi hanyalah buih, seperti buih yang dibawa air banjir. Dan sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan Allah akan lemparkan ke dalam hati kalian “al-wahn”. Seseorang bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah al-wahn itu?”. Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”. (H.R. Abu Daud)

Dan sabda Nabi kembali: Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya. Para sahabat lantas bertanya, “Siapa ‘mereka’ yang baginda maksudkan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani.” (H.R. Bukhari)

Dengan arahan-arahan yang dibuat-buat dan direkayasa oleh Yahudi dan antek-anteknya inilah yang menyebabkan umat hari ini seperti kehilangan gairah. Bebal pemikirannya dan sulit diajak berjuang. Pemahaman Islam pun luntur, orang-orang jauh dari ajaran agamanya sendiri. Sungguh pemandangan yang menyakitkan hati. Hanya dengan rasa takut umat Islam kepada Allah-lah yang dapat menjaga kita dari pengaruh isme-isme “