Rabu, 27 Agustus 2014

KISAH TUNAWISMA

kelam dan kumuh
kau mengais rezeki di tong sampah
mengambil bungkusan sisa
memakan dengan lahap
ditemani lalat-lalat
dan kaupun bersaing dengan kucing
ah, kotor dan jorok! begitukah
begitukah kisah seorang lelaki tua
kata orang, kau lelaki gila
atau setengah gila

kau mengais-ngais sampah
sementara di seberang jalan
penumpang mobil membuang makanan
(ternyata dari sebuah mobil plat merah)
begitukah kisah seorang setengah gila
hidupnya sia-sia, "tuna" kata orang
tunalaras, tunailmu, tunawisma
tiada yang peduli, apatis semua
padahal hampir semua pejabat negara
hafal pasal tiga puluh empat UUD 45
di luar kepala

(mari berdoa, bisa saja tahun 2018 si tunawisma sembuh, sehat dan menjadi pejabat negara)

Bireuen, 27 Agustus 2014 mukhlis aminullah

MENYIKAPI KRITIK: MENERIMA ATAU MEMUSUHI

Sungguh malang pemimpin yang hidupnya dikelilingi oleh uncritical lovers and unloving critics

Uncritical lovers adalah orang yang selalu taat secara mutlak kepada si pemimpin tanpa berpikir dan bertanya. Dia senantiasa nrimo dan manut, kata orang Jawa. Hal ini muncul karena identifikasi diri yang sangat kuat antara dirinya dan si pemimpin. Kekagumannya terhadap si pemimpin mengikis kapasitasnya untuk mencermati dan menilai segala keputusan dan pandangan pemimpin. Segala aksi (dan non-aksi) pemimpin dia terima mentah-mentah sebagai sesuatu yang pasti benar, cocok, dan berdaya guna. Dia pengikut fanatik yang membabi buta.

Sebaliknya, unloving critics adalah orang yang selalu melancarkan kritik-kritik yang pedas dan tajam, dengan tujuan untuk mendiskreditkan atau menjatuhkan si pemimpin. Dia senantiasa mengambil posisi sebagai oposisi. Setiap pandangan, keputusan, dan tindakan pemimpin ditentangnya, hanya karena ia ingin menentangnya, tanpa ada alasan yang jelas dan mendasar. Dia pengkritik sadis yang dipenuhi kebencian.

AKSI & REAKSI
Baik pengikut fanatik buta (uncritical lovers) maupun pengkritik sadis (unloving critics) keduanya melumpuhkan efektivitas pemimpin. Meski reaksi pemimpin terhadap aksi kedua kelompok ini sangat berbeda.

Kelompok kedua, para tukang kritik, biasanya tidak disukai oleh pemimpin. Tidak heran kalau mereka sering di-anak-tiri-kan, dijauhi, dimusuhi, atau dikucilkan dengan sistematis oleh para pemimpin yang merasa terusik dan terancam oleh berbagai ulah mereka.

Sebaliknya, pemimpin suka dikelilingi pengikut fanatik yang tidak kritis. Mereka menyenangkan hati pemimpin, bahkan memberi rasa aman dan percaya diri pada pemimpin, khususnya pemimpin yang egonya rapuh. Banyak pemimpin yang lalu berusaha keras untuk menjadikan setiap orang disekelilingnya pengikut fanatiknya.

Tentu pengikut fanatik lebih fatal dan laten ketimbang pengkritik sadis. Karena pengkritik sadis, meskipun memakai cara-cara yang menyakitkan hati, mungkin memberi kritikan yang substansial dan benar adanya sesuai fakta. Sementara pengikut fanatik hanya menyampaikan hal-hal yang enak didengar di telinga pemimpin. Dan membuat pemimpin menjadi delusional.

Observasi psikiater Normal Vincent Peale berikut sangat relevan khususnya bagi pemimpin: "The trouble with most of us is that we'd rather be ruined by praise than loved by criticism." 

MANFAAT KRITIK BAGI PEMIMPIN
Dikritik dan ditegur memang tidak enak. Banyak pemimpin yang berkata, "Tolong saya diberitahu kalau ada hal-hal yang salah yang saya lakukan dan saya tidak menyadarinya." Namun ketika ada seseorang yang mencoba melakukan itu, si pemimpin biasanya menjadi tersinggung, lalu menjadi defensif, membela diri dan marah-marah. Siapa sih yang suka dikritik?

Menerima kritik dan teguran memang bagaikan mandi pagi-pagi buta di musim dingin dengan air sedingin es. Kadang bahkan seperti tamparan keras di pipi kita. Namun pemimpin butuh kritik. Selama pemimpin masih bisa salah (fallible), dia masih perlu teguran. Yang dibutuhkan adalah kritik yang positif-konstruktif. Paling tidak ada tiga alasan yang saya bisa pikirkan, tentu ada lagi yang lain.

Pertama, kritik mencegah sesuatu yang destruktif terjadi pada diri si pemimpin. Misalnya godaan seks, kuasa, dan uang yang dapat membuat pemimpin tergelincir ke dalam lubang dosa. Kritik akan lebih bermanfaat apabila diberikan sebelum si pemimpin jatuh ke dalam lubang. Sedangkan teguran diberikan untuk menolong pemimpin tidak terus-menerus berada dalam lubang tersebut.

Kedua, kritik menolong pemimpin untuk menyadari 'blind spots' dalam dirinya. Setiap pengendara mobil perlu menoleh ke samping sebelum pindah lajur dijalan raya karena kaca spion tidak dapat memberitahukan apakah ada mobil yang sedang melaju persis di sebelah mobil kita. Diakui atau tidak, pemimpin tidak mungkin dapat mengenali setiap kelemahan dalam dirinya.

Ketiga, kritik membuat pemimpin tetap tajam dalam kesaksian hidup dan efektivitas pekerjaan pelayanannya. Sebagaimana besi mempertajam besi, demikian pula manusia menajamkan sesamanya, tulis pengamsal. Pemimpin yang anti-kritik akan segera menjadi tumpul (kehilangan integritas diri dan rasa percaya dari orang lain).

MEMBEDAKAN KRITIK
Memang tidak semua kritik memiliki tiga manfaat seperti diatas, apalagi kalau disampaikan dengan surat kaleng atau gosip dibelakang punggung. Yang perlu digarisbawahi disini adalah sikap dan kerendahan hati pemimpin untuk menerima masukan yang ia terima.

Namun bagaimana pemimpin dapat membedakan teguran yang murni dan teguran yang menjatuhkan?

Teguran yang otentik, riil, dan biblikal berisi kebenaran yang disampaikan dengan kasih. Truth in love. Kebenaran yang disampaikan mungkin menyakitkan, namun motivasi dan tujuannya dilandasi kasih. Teguran tersebut juga didahului oleh pertimbangan yang matang dan doa. Jadi tidak impulsif dan emosional. Bahkan dengan cucuran air mata. Kalau sebuah kritik atau teguran datang dari seorang yang menganggap enteng dan sembarangan, hampir pasti kritik dan teguran tersebut tidak perlu dihiraukan.

LOVING CRITICS
Yang paling menyedihkan bagi pemimpin adalah oleh tukang kritik. Visinya dikritik, strrateginya dikritik, metodenya dikritik, gaya bicaranya dikritik, cara berpakaiannya dikritik, dan seterusnya. Tidak ada yang lebih menyedihkan dari itu.

Namun yang paling berbahaya bagi pemimpin adalah pengikut fanatik yang tidak pernah mengkritik. Karena interaksi pemimpin-pengikut yang sedemikian akan segera menjadi sebuah vicious cycle, bagaikan si buta menuntun si buta.

Pemimpin yang berbahagia adalah pemimpin yang dikelilingi orang-orang yang mengasihinya sedemikian rupa sehingga mereka rela memberikan kritik dan teguran yang positif-konstruktif baginya, meski ada resiko di salah mengerti oleh pemimpin. Dengan demikian, pemimpin tetap tajam dan efektif. Itu sebab mengapa pemimpin yang bijak melakukan upaya sadar untuk memberdayakan setiap orang disekelilingnya bukan menjadi uncritical lovers, tetapi loving critics.


Wallahu 'alam,
salam hangat dari tukang kritik

(sebahagian tulisan ini bersumber dr rekan Sendjaya yang berdomisili di Meulborne)

Senin, 25 Agustus 2014

30 SITUS / WEB POPULER

Anda seorang muslim yang suka berselancar di internet untuk mencari referensi Islam atau kabar dunia Islam? Berikut ini 30 situs Islam terpopuler di Indonesia berdasarkan ranking alexa pada 1 April 2013, yang bisa Anda pertimbangkan untuk menjadi referensi online:

1. republika.co.id (60)
2. dakwatuna.com (279)
3. arrahmah.com (321)
4. voa-islam.com (388 )
5. pkspiyungan.org (391)
6. eramuslim.com (433)
7. hidayatullah.com (731)
8. uii.ac.id (849)
9. syariahmandiri.co.id (875)
10. fimadani.com (878)
11. uin-malang.ac.id (897)
12. umm.ac.id (1.024)
13. islampos.com (1.030)
14. uad.ac.id (1.077 )
15. muslim.or.id (1.078)
16. nu.or.id (1.126)
17. konsultasisyariah.com (1.130)
18. umy.ac.id (1.143)
19. hizbut-tahrir.or.id (1.422)
20. islamedia.web.id (1.449)
21. bersamadakwah.com (1.602)
22. myquran.org (1.618)
23. muamalatbank.com (1.630)
24. pengusahamuslim.com (1.693)
25. nahimunkar.com (1.765)
26. rumaysho.com (1.861)
27. radiorodja.com (2.145)
28. asysyariah.com (2.510)
29. mizan.com (2.656)
30. suara-islam.com (2.892)

TUHAN SEMBILAN SENTIMETER

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
Rokok hukumnya haram!

Rokok hukumnya haram!

25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini

(Taufiq Ismail)